Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kenangan Sepatu Bata; Simbol Masa Sekolah yang Tak Terlupakan

11 Oktober 2025   22:05 Diperbarui: 12 Oktober 2025   15:59 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko sepatu Bata di Jalan Raden Intan II, Bandar Lampung yang sepi pembeli, Selasa (7/5/2024). (KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA)

Tapi di balik kesederhanaan itu, tersimpan cerita tentang anak-anak yang bangun pagi, menyikat sepatu dengan sabun colek, dan melangkah menuju gerbang sekolah dengan semangat baru.

Sepatu ini adalah jejak waktu. Ia tahu jalan ke perpustakaan, ke lapangan pramuka, ke ruang kelas yang penuh cita-cita. 

Dan kini, ketika Bata menghentikan produksi lokalnya, sepatu seperti ini menjadi artefak budaya, layak dikenang, layak dirawat, dan layak dituliskan kembali.

Dari Pabrik ke Pajangan: Akhir Sebuah Era

Namun waktu tak pernah diam. Pada April 2024, pabrik Bata di Purwakarta resmi ditutup setelah 30 tahun beroperasi. Sebanyak 233 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja. 

Dan pada 25 September 2025, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), PT Sepatu Bata Tbk resmi menghapus kegiatan usaha produksi sepatu dari anggaran dasarnya.

Keputusan ini bukan tanpa sebab. Permintaan terhadap produk pabrik menurun drastis. 

Konsumen kini lebih memilih model yang fleksibel, ringan, dan modis, sering kali dari merek luar negeri atau produk lokal yang lebih murah. Kapasitas produksi pabrik pun jauh melampaui kebutuhan pasar. 

Dalam laporan keuangan semester I 2025, Bata mencatat kerugian bersih sebesar Rp 40,62 miliar, dengan penjualan turun 38,74% dibanding tahun sebelumnya.

Transformasi atau Transisi?

Bata kini bertransformasi menjadi perusahaan distribusi dan ritel. Mereka menutup lebih dari 200 gerai yang merugi, memperkuat kanal daring, dan menggandeng pemasok lokal. 

Namun, bagi banyak orang, ini bukan sekadar transformasi bisnis, ini adalah transisi emosional. Sebuah perpisahan diam-diam dengan bagian dari masa kecil mereka.

Bata dalam Ingatan Kolektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun