Tiang-tiangnya menandakan fondasi moral dan adat, lantai berlapis menggambarkan lapisan sosial dan spiritual, sementara atap menjulang tinggi melambangkan doa dan harapan agar hidup selalu mendapat berkah dan keselamatan.
Dalam kehidupan adat lama, rumah ini menjadi pusat kegiatan sosial: tempat bermusyawarah, menerima tamu, dan melaksanakan upacara adat.Â
Seperti kapal yang mengandalkan kebersamaan awaknya, Rumah Lontiak mengajarkan bahwa hidup harus dijalani bersama-sama, dalam arah dan tujuan yang sama.
Rumah Sebagai Armada Peradaban
Kampar, yang dikenal sebagai Melayu Tua, dahulu merupakan jalur perdagangan penting di pesisir timur Sumatera.
Maka tak heran, simbol kapal pada Rumah Lontiak juga mencerminkan kejayaan maritim dan kemakmuran masyarakat Kampar di masa lampau.
Rumah ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga armada budaya, dari sinilah nilai-nilai adat, etika, dan ilmu kehidupan "berlayar" menuju generasi berikutnya.
Ia menegaskan bahwa membangun rumah berarti membangun peradaban, menanam akar budaya, dan menjaga arah kehidupan agar tidak hanyut oleh arus zaman.
Makna Filosofis yang Terjaga
Dalam ungkapan adat Kampar tersimpan pesan luhur:
"Hidup ibarat berlayar, berpeganglah pada tiang adat, berlayarlah dengan layar iman, dan berlabuhlah dengan keselamatan."
Filosofi ini menegaskan bahwa masyarakat Kampar tidak hanya membangun rumah secara fisik, tetapi juga membangun kehidupan dengan nilai dan arah spiritual.
Rumah Lontiak adalah perwujudan dari falsafah itu, rumah yang berjiwa, berdiri dengan kehormatan, dan berlayar di samudra kehidupan.