Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Kompasiana: Rumah yang Ingin Kita Rawat Bersama (Respon Berita Angin Kebangkrutan Kompasiana)

15 September 2025   20:28 Diperbarui: 15 September 2025   20:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Kompasiana Rumah Bersama,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Gambar ilustrasi ini menampilkan enam sosok penulis dari latar yang beragam, berkumpul mengelilingi huruf-huruf besar "KOMPASIANA" yang berdiri kokoh di atas panggung kayu tua. Ekspresi mereka, dari cemas, merenung, hingga harap, mewakili semangat komunitas yang sedang berjuang merawat rumah bersama. Warna hangat dan tekstur latar memberi nuansa harapan di tengah keprihatinan.

Ketika artikel saya sebelumnya, "Menelaah Berita Angin Kebangkrutan Kompasiana; Apakah Kompas Gramedia Peduli?" tayang di Kompasiana, saya tidak menyangka bahwa resonansinya akan begitu luas dan dalam. 

Artikel itu lahir dari cinta, bukan dari amarah. Ia adalah panggilan untuk merawat rumah bersama yang selama ini menjadi ruang tumbuh, ruang kritik, dan ruang refleksi publik.

Artikel Menelaah Berita Angin, Sumber: Tangkapan layar Kompasiana,  Akun merzagamal8924 
Artikel Menelaah Berita Angin, Sumber: Tangkapan layar Kompasiana,  Akun merzagamal8924 

Dan alhamdulillah, panggilan itu dijawab. Bapak Nurulloh, perwakilan manajemen Kompasiana, menyampaikan klarifikasi yang jujur dan terbuka. 

Beliau mengakui keterlambatan pembayaran K-Rewards sebagai kekeliruan internal akibat sistem baru di bagian keuangan yang belum memahami ritme arus kas unit Kompasiana. 

Lebih penting lagi, beliau menyampaikan permohonan maaf atas kurangnya komunikasi yang menyebabkan spekulasi dan kegaduhan.

Kami menyambut klarifikasi ini dengan senang hati. Karena dalam dunia digital, seperti yang dikutip oleh Opa Sirpa dari Los Angeles, "krisis komunikasi bisa lebih berbahaya daripada krisis finansial." Dan ketika pengelola berani hadir dan menjelaskan, maka harapan itu belum padam.

Suara-suara dari Komunitas: Cinta yang Tak Pernah Hilang

Komentar-komentar dari para Kompasianer menunjukkan bahwa keresahan ini bukan milik satu orang, melainkan gema kolektif:

- Pak Tuhombowo Wau menulis, "Kompasiana bisa eksis dan jadi sebuah anak usaha berkat para penulis. Apa yang mau dikelola kalau tidak ada penulis?" Sebuah pengingat bahwa konten bukan datang dari sistem, tapi dari jiwa-jiwa yang menulis dengan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun