Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hari Ini Beras di Rumah Habis, di Pasar Hilang

26 Agustus 2025   15:36 Diperbarui: 26 Agustus 2025   18:43 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. (Foto: KOMPAS/AGUS SUSANTO) 

Beras yang Menghilang: dari Dapur Rumah ke Isu Stabilitas Negeri

Ahad sore kemarin, saya sekeluarga pulang dari Bandung. Setibanya di rumah, baru sadar persediaan beras di dapur tinggal cukup untuk sekali masak. Tak ada yang istimewa, hanya rutinitas biasa: begitu habis, beli di minimarket dekat rumah. Namun kali ini, yang saya temui adalah rak kosong.

"Stok habis, Pak," ujar kasir sambil mengangkat bahu.

Tidak menyerah, saya beralih ke toko daring: Astro, Alfa, Tokopedia. Hasilnya sama: sold out. Seakan beras tiba-tiba lenyap dari negeri yang dikenal sebagai lumbung padi.

Keesokan paginya, anak saya berkeliling sejak subuh, menyusuri pasar tradisional. Hasilnya nihil. Dari minimarket, kios beras, hingga pedagang di pasar, semua menjawab serupa: "Tidak ada stok." Saat itulah saya benar-benar merasakan keresahan yang jauh lebih dalam. 

Jika keluarga saya masih bisa mencari alternatif makanan lain, bagaimana dengan jutaan rakyat yang menggantungkan hidupnya sepenuhnya pada nasi sebagai sumber utama energi?

Bukan Sekadar Perut, Tapi Stabilitas Bangsa

Beras adalah kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Sejarah menunjukkan, ketika beras langka atau harganya melonjak, keresahan sosial mudah tersulut. Hari ini, keresahan itu bukan lagi ancaman abstrak, melainkan nyata dirasakan rakyat di meja makan.

Media melaporkan kontradiksi yang menyakitkan. Bisnis Indonesia menulis: "Stok beras nasional berada di level tertinggi sepanjang sejarah, yakni 4,2 juta ton. Namun harga justru melonjak dan stok di pasaran menghilang." (ekonomi.bisnis.com, 26/8/2025).

Sementara Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui, distribusi beras program SPHP lambat: "Realisasi penyaluran baru 70.519 ton atau 5,35% dari target 1,31 juta ton Juli-Desember." (CNN Indonesia, 22/8/2025). Padahal SPHP adalah jalur utama rakyat kecil untuk bisa membeli beras dengan harga terjangkau.

Di lapangan, Kompas melaporkan kondisi nyata: rak minimarket dan supermarket di Jakarta kosong, bahkan program SPHP Bulog pun tidak terlihat di gerai yang dipantau. (Kompas, 22/8/2025).

Antara Data dan Realita

Ketika beras menghilang, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Ketika beras menghilang, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Di atas kertas, pejabat menegaskan kondisi aman. Bulog menyebut stok cadangan beras pemerintah (CBP) berada di angka aman. Namun realitanya, rakyat berkeliling dari subuh mencari beras, dan tetap pulang dengan tangan hampa.

Rakyat tidak kenyang oleh klaim stok nasional, mereka hanya tenang ketika beras ada di pasar, mudah diakses, dan terjangkau harganya.

Krisis hari ini menunjukkan satu hal penting: masalah pangan bukan semata soal ketersediaan, tetapi soal distribusi, transparansi, dan kecepatan respon.

Refleksi: Jangan Main-main dengan Beras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun