Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Transaksi di Pameran Buku; Bukan Soal Harga, tapi Soal Hati

8 Agustus 2025   21:09 Diperbarui: 9 Agustus 2025   08:28 2198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Saya berdiri di salah satu sudut pameran buku yang ramai pengunjung. Meja-meja dipenuhi tumpukan buku dengan label diskon mencolok: Rp15.000! Rp10.000! Bahkan Rp5.000!

Saya berpikir, "Siapa yang tak tergoda dengan harga semurah ini?"

Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Para pengunjung memang ramai. Mereka berjalan dari meja ke meja, membolak-balik halaman, membaca sedikit blurb di sampul belakang, lalu meletakkan kembali buku-buku itu dengan pelan---dan berlalu begitu saja.

Saya pun tertegun. Harga sudah sangat murah, bahkan lebih murah dari secangkir kopi di kafe. Tapi kenapa buku-buku itu tetap tak terbeli?

Ternyata, harga bukan segalanya.

Ada faktor-faktor lain yang jauh lebih menentukan keputusan seseorang membeli buku:

1. Relevansi dan Kebutuhan

Orang membeli buku bukan semata karena murah, tapi karena merasa butuh. Jika judul dan isi buku tak menyentuh ruang kebutuhan mereka, semurah apa pun, mereka akan menolak.

Di sinilah letak tantangannya: bagaimana sebuah buku bisa hadir tepat di waktu yang pas, untuk orang yang tepat.

2. Koneksi Emosional

Buku yang dibeli sering kali adalah buku yang "memanggil hati." Entah karena topiknya, penulisnya, kisahnya, atau bahkan desain sampulnya. Tanpa ikatan emosional, buku hanya menjadi sekadar tumpukan kertas.

Kadang, satu kalimat di blurb atau satu ilustrasi di sampul bisa menjadi "pancingan" yang membuat orang rela membawanya pulang.

3. Popularitas atau Pengaruh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun