Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelisik Mengapa Jumat Menjadi Hari yang Menyentuh Jiwa Lintas Tradisi

18 Juli 2025   16:01 Diperbarui: 18 Juli 2025   16:01 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermuda: Layang-Layang dan Kenaikan Spiritual

Di Bermuda, Jumat Agung dirayakan dengan menerbangkan layang-layang buatan tangan. Tradisi ini lahir dari simbol kenaikan Yesus ke langit, tapi juga menjadi ruang ekspresi kolektif. Anak-anak dan orang tua berkumpul, merakit, mewarnai, dan menerbangkan harapan mereka ke angkasa.

Jumat di sini bukan hanya tentang agama, tapi tentang komunitas, kreativitas, dan spiritualitas yang terbang bebas.

Kehidupan Kontemporer: Ruang Refleksi dan Empati

Di luar agama, Jumat sering menjadi waktu untuk memperlambat ritme hidup. Di dunia kerja, ia menjadi jembatan antara produktivitas dan istirahat. Di ruang keluarga, ia menjadi saat berkumpul dan berbagi. Di ruang publik, ia menjadi momen solidaritas dan aksi sosial.

Jumat mengingatkan kita bahwa manusia bukan mesin. Kita butuh jeda, butuh makna, butuh ruang untuk menjadi utuh kembali.

Mengapa Jumat Menyentuh Jiwa Lintas Tradisi?

Analisis singkat:

  • Narasi asal-usul dan akhir: dari penciptaan Adam hingga penyaliban Yesus, dari surga hingga pencerahan.
  • Komunitas dan kontemplasi: masjid, gereja, lapangan, pohon Bodhi---semua menjadi tempat berkumpul dan merenung.
  • Nilai universal: pengorbanan, pengampunan, refleksi, harapan, dan kesatuan.

Jumat adalah hari yang mengingatkan langit dan menghubungkan bumi. Ia bukan milik satu agama, tapi milik semua jiwa yang mencari makna.

Penutup: Menyucikan Waktu, Menyentuh Kehidupan

Di tengah dunia yang serba cepat dan bising, Jumat datang sebagai jeda yang suci. Ia mengajak kita untuk berhenti, merenung, dan mengingat bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian, tapi tentang penyucian. Di tengah dunia yang serba cepat dan bising, Jumat datang sebagai jeda yang suci. Ia mengajak kita untuk berhenti, merenung, dan mengingat bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian, tapi tentang penyucian. 

Bukan hanya tentang bergerak, tapi tentang kembali.

Maka, apapun keyakinanmu, biarkan Jumat menjadi ruang spiritualmu. Tempat kamu menengadah, menyentuh langit, dan menghubungkan kembali dengan bumi dan sesama.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Budaya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun