Kilas Balik Semangat Besar di Tahun 2021
Saat Bank Syariah Indonesia (BSI) resmi lahir pada 1 Februari 2021, banyak pihak menaruh harapan besar. Merger antara BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah bukan sekadar aksi korporasi, tapi simbol dari tekad Indonesia menjadikan perbankan syariah sebagai kekuatan ekonomi nasional. Kala itu, saya yang pernah mengawal ekspansi jaringan dan transformasi riset di BSM menyaksikan sendiri besarnya gelombang optimisme.
BSI menjadi kendaraan besar yang diyakini mampu menjangkau pelosok Tanah Air, menghadirkan layanan syariah yang modern, inklusif, dan kompetitif.
Pilar Konsolidasi: Siapa Melandasi?
Di balik layar merger tersebut, terdapat tiga bank BUMN: Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Namun, pasca integrasi, Bank Mandiri tampil sebagai pemegang saham mayoritas BSI. Kendali ini tidak hanya soal proporsi saham, tapi juga arah kebijakan dan kecepatan manuver korporasi.
Kini, ketika muncul wacana pemindahan saham BSI dari Mandiri ke Danantara, banyak yang bertanya: Masihkah semangat kolaborasi tiga bank BUMN itu relevan? Atau justru sedang digantikan oleh arah baru yang masih penuh tanda tanya?
Danantara di Tengah Sorotan: Siapkah Menjadi Rumah Baru BSI?
Belum lama ini, tepatnya awal Juli 2025, Danantara resmi ditetapkan sebagai mitra kerja Komisi VI dan Komisi XI DPR RI. Artinya, lembaga pengelola dana investasi negara ini kini berada di bawah pengawasan legislatif.
Ini momen krusial. Pasalnya, peran Danantara yang masih muda dalam menyalurkan pembiayaan jangka panjang untuk proyek strategis, kini diuji --- termasuk jika benar-benar mengambil alih BSI dari Mandiri.
Sebagian kalangan menilai, langkah ini bisa membuka peluang sinergi antara perbankan syariah dan proyek investasi strategis. Namun di sisi lain, terdapat risiko kehilangan orientasi pasar ritel yang selama ini menjadi kekuatan BSI.
Sebagai eks pelaku R&D, saya melihat tantangan di sisi governance, kapabilitas teknis pengelolaan bank, dan terutama: bagaimana menjaga semangat BSI sebagai lokomotif utama ekonomi umat.
Roadmap Perbankan Syariah Nasional: Masih Sesuai Jalur?
Dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019--2024 dan juga RPJMN 2020--2024, disebutkan bahwa Indonesia mendorong lahirnya bank syariah besar dengan jaringan nasional dan internasional. BSI diposisikan sebagai kendaraan utama dalam konteks ini.
Maka, pemindahan kepemilikan ke Danantara harus diuji:
- Apakah sejalan dengan peta jalan nasional?
- Apakah akan mempercepat penetrasi perbankan syariah, atau justru menggeser fokus dari sektor UMKM dan ritel ke korporasi dan investasi?
Risiko Kepercayaan: Sentimen Pasar Tak Bisa Diabaikan
Loyalitas nasabah, mitra bisnis, bahkan masyarakat internasional terhadap BSI tumbuh seiring kinerjanya yang semakin positif. Data kuartal I 2025 menunjukkan total aset BSI telah melampaui Rp 355 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 1,6 triliun --- pencapaian yang tak bisa dianggap enteng.
Pemindahan pengendalian tanpa komunikasi yang jernih dan transisi yang matang bisa menimbulkan kebingungan. Kepercayaan adalah mata uang paling berharga di industri keuangan. Dan ini tak bisa dibangun lewat narasi top-down semata.
Refleksi dan Ajakan
Sebagai seseorang yang pernah merasakan denyut perkembangan BSM sejak era digitalisasi awal hingga ekspansi nasional, saya memandang bahwa:
- BSI seharusnya tetap dijaga sebagai entitas independen dengan tata kelola kuat.
- Siapapun pemiliknya, semangat kolaborasi dan inklusivitas harus menjadi DNA BSI.
- Danantara pun perlu membuktikan diri bukan sekadar institusi investasi, tetapi mitra yang paham ekosistem perbankan syariah.
BSI bukan hanya aset keuangan, tapi juga simbol kebangkitan ekonomi syariah nasional.Â
Jangan biarkan semangat awal 2021 terkikis oleh kebijakan yang tergesa dan minim dialog publik.
Penutup: Titik Temu antara Ambisi dan Amanah
Pergeseran kepemilikan adalah hal wajar dalam dunia korporasi. Namun untuk BSI, itu menyangkut amanah umat, arah pembangunan ekonomi syariah nasional, dan masa depan ribuan insan perbankan yang telah berjuang sejak awal. Pergeseran kepemilikan adalah hal wajar dalam dunia korporasi. Namun untuk BSI, itu menyangkut amanah umat, arah pembangunan ekonomi syariah nasional, dan masa depan ribuan insan perbankan yang telah berjuang sejak awal.Â
Semoga semua keputusan yang diambil berlandaskan visi jangka panjang, bukan sekadar hitungan bisnis jangka pendek.
Oleh Merza Gamal
Mantan R&D BSM, Advisor & Konsultan Transformasi Corporate CultureÂ
Link artikel pertama:
Catatan Seorang Mantan R&D BSM: Menakar Rencana Pemindahan BSI ke Danantara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI