Pagi itu, saya menyimak berita yang tersebar di kanal-kanal ekonomi. Riuh rendah dunia perbankan syariah kembali menggeliat. Ada rencana besar yang tengah disiapkan: pemindahan kendali atas Bank Syariah Indonesia (BSI) dari Bank Mandiri ke Danantara, sebuah sovereign wealth fund (SWF) milik pemerintah Indonesia. Bagi sebagian, ini peluang. Bagi yang lain, justru lampu kuning.
Sebagai seseorang yang mengabdi selama 15 tahun di Bank Syariah Mandiri (BSM)---termasuk 8 tahun sebagai Research & Development Department Head yang kala itu mengawal ekspansi jaringan hingga ke pelosok Tanah Air---saya merasa terpanggil untuk memberi catatan. Tidak untuk menghakimi, tetapi untuk menakar dengan jernih.
Dari BSM Menuju BSI: Jalan Panjang Integrasi
Saya masih ingat betapa besar tantangan ketika BSM dibentuk pasca krisis moneter, dan bagaimana kami membangun dari titik nol. Riset pasar, pengembangan produk berbasis syariah, pelatihan SDM, hingga desain jaringan cabang yang menjangkau daerah terpencil---semua kami susun perlahan-lahan.
Saat BSM akhirnya bergabung bersama BNIS dan BRIS untuk membentuk BSI pada tahun 2021, saya melihatnya sebagai momen puncak perjalanan panjang bank syariah nasional. Laba bersih PT Bank Syariah Indonesia (BSI) pada tahun 2024 mencapai Rp7,01 triliun, tumbuh 22,83% secara tahunan (yoy). Sebuah bukti bahwa fondasi yang dibangun bersama telah berbuah.
Namun kini, skenario berubah. Pemerintah ingin Danantara memegang kendali langsung atas BSI.Â
Tujuannya disebutkan untuk memperluas jejaring global dan menjadikan BSI sebagai pemain syariah internasional. Sebuah langkah berani, tapi juga berisiko jika tidak disiapkan matang.
Peluang yang Menggiurkan
Ada tiga potensi keuntungan yang bisa saya lihat dari rencana ini:
1. Akses Global yang Lebih Luas
Danantara sebagai SWF memiliki mandat untuk membangun jaringan kemitraan lintas negara. Jika BSI berada di bawah payung Danantara, peluang kolaborasi dengan investor Timur Tengah dan Asia Selatan---dua pasar syariah besar---akan terbuka lebar.
2. Otonomi Strategis Bagi BSI
Lepas dari struktur bank konvensional seperti Mandiri, BSI dapat lebih leluasa mengembangkan model bisnis, inovasi digital syariah, hingga ekspansi non-organik.
3. Potensi Kenaikan Valuasi
Jika narasi globalisasi dan kedaulatan dikemas dengan baik, valuasi BSI bisa meningkat secara signifikan. Hal ini menarik bukan hanya bagi investor, tetapi juga bagi masyarakat yang ingin melihat institusi keuangan syariah lokal mendunia.
Risiko yang Tak Bisa Diabaikan
Namun, sebagai seseorang yang pernah bergelut langsung dengan transformasi dan manajemen risiko, saya tak bisa mengabaikan sejumlah kekhawatiran: