"Ada satu hari dalam setahun di mana air mata pengharapan tertumpah, langit terbuka, doa melesat tanpa hijab, dan ribuan jiwa dibebaskan dari api neraka."
Hari itu bukan hari raya, bukan pula malam Lailatul Qadar. Tapi itulah Hari Arafah, tanggal 9 Zulhijah, yang merupakan puncak ibadah haji sekaligus momen agung penuh keutamaan bagi seluruh umat Islam, bahkan bagi mereka yang tak berada di tanah suci.
Hari Terbaik Sepanjang Tahun
Dalam hadis riwayat Muslim (no. 1348), Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan manusia dari neraka selain Hari Arafah. Dia mendekat dan membanggakan mereka kepada para malaikat seraya berfirman, 'Apa yang mereka inginkan?'"
Sungguh, ini adalah hari kemerdekaan rohani. Di padang Arafah, jutaan jamaah haji berkumpul dalam pakaian ihram yang sama, tanpa atribut duniawi. Di sinilah mereka berdoa, menangis, menyesali dosa, dan memohon ampun. Inilah titik nadir keinsafan manusia di hadapan Rabb-nya.
Namun, keagungan Hari Arafah bukan hanya milik mereka yang berhaji.
Pintu Besar Bagi yang Tidak Bisa Berhaji
"Siapa yang terlewat menunaikan wukuf di Arafah, hendaklah ia berdiri di hadapan Allah dalam ketaatan sejati di mana pun ia berada."
--- Imam Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma'arif (hlm. 287)
Kutipan itu adalah pelipur lara sekaligus pembuka jalan bagi mereka yang belum diberi kesempatan ke tanah suci. Kita semua bisa meraih pahala besar Hari Arafah walau dari rumah, dari musholla kecil di kampung, atau dari sajadah di sudut kamar.
Imam Ibnu Rajab bahkan menyampaikan empat perumpamaan menggugah hati:
- Belum bisa wukuf di Arafah? Berdirilah di batasan syariat Allah yang kamu tahu.
- Belum bisa mabit di Muzdalifah? Bermalamlah dalam ketaatan kepada Allah.
- Tidak mampu menyembelih hewan hadyu di Mina? Sembelihlah hawa nafsumu.
- Tidak bisa ke Baitullah karena jarak? Dekatkan hati kepada Rabb yang lebih dekat dari urat lehermu sendiri (QS Qaf: 16).
Amalan yang Diutamakan