Sebagai negara dengan ekonomi digital yang tumbuh pesat, Indonesia kembali berada di panggung penting dalam peta keuangan global. Peluncuran Project Nexus oleh Bank Indonesia bersama Bank for International Settlements (BIS) dan otoritas keuangan regional menjadi langkah strategis dalam mendorong konektivitas pembayaran lintas negara secara real time.Â
Namun di tengah semangat kolaborasi ini, pertanyaan pun muncul: bagaimana nasib QRIS, sistem pembayaran kebanggaan nasional?
Apa Itu Project Nexus?
Project Nexus adalah inisiatif global yang menghubungkan sistem pembayaran cepat (fast payment systems) antarnegara, sehingga transaksi lintas batas dapat dilakukan dalam hitungan detik dengan biaya rendah dan efisiensi tinggi.Â
Tak perlu lagi perantara SWIFT, atau biaya konversi yang memberatkan, dan tentu saja---tanpa dominasi dolar.
Indonesia, bersama Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, menjadi pelopor dalam integrasi sistem ini. Dengan konektivitas yang lebih dalam, diharapkan masyarakat ASEAN dapat mentransfer dana, berbelanja, atau membayar tagihan lintas negara dengan cara yang sama mudahnya seperti transfer domestik.
QRIS Tetap Jadi Ujung Tombak
Di tengah kehadiran Nexus, QRIS justru semakin bersinar. Bukannya tergeser, sistem QR code nasional ini justru menjadi "kendaraan" utama untuk mewujudkan pembayaran lintas batas.Â
Melalui QRIS antarnegara yang telah diluncurkan sebelumnya bersama Thailand, Malaysia, dan Singapura, kini jangkauannya akan meluas seiring hadirnya Nexus.
Yang lebih menggembirakan, mulai 17 Agustus 2025, QRIS akan dapat digunakan di Jepang dan China.Â
Artinya, wisatawan Indonesia yang melancong ke Tokyo atau Shanghai dapat membayar makanan, transportasi, atau belanja cukup dengan memindai QRIS dari dompet digital mereka.Â
Tidak perlu tukar uang tunai. Tidak perlu repot konversi mata uang. Inilah bentuk nyata kemudahan bagi masyarakat sekaligus ekspansi daya saing sistem pembayaran Indonesia.
Sinergi, Bukan Kompetisi