Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pensiun Sebuah Mimpi atau Kenyataan bagi Generasi Sandwich?

30 Mei 2025   21:02 Diperbarui: 30 Mei 2025   21:02 3134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mungkinkah Generasi Sandwich Menyiapkan Pensiun,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal  diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Pernahkah kita benar-benar duduk sejenak dan bertanya kepada diri sendiri: "Apakah aku bisa pensiun?" 

Bagi sebagian orang, pertanyaan ini terasa ringan, bahkan tak perlu dijawab. Tapi bagi mereka yang berada dalam himpitan tanggung jawab ganda, pertanyaan ini bisa terasa seperti beban di dada---berat, sunyi, dan penuh ketidakpastian.

Merekalah yang kita kenal dengan generasi sandwich. Usia mereka bervariasi, umumnya antara 30 hingga 50 tahun. 

Mereka tengah berada di puncak usia produktif, namun tak jarang di titik paling berat dalam hidupnya. 

Mereka menanggung banyak hal: anak-anak yang masih membutuhkan biaya sekolah hingga kuliah, dan di saat yang sama orangtua yang telah renta dan butuh perhatian, bahkan biaya hidup.

Realitas yang Tak Selalu Nyaman

Tak semua dari kita lahir dengan kemewahan warisan atau peta finansial yang rapi. Banyak dari generasi ini memulai semuanya dari nol, kadang minus. 

Penghasilan mereka bukan hanya untuk membangun masa depan, tapi juga untuk menambal kebutuhan hari ini dan mengisi kembali masa lalu.

Sementara itu, hidup tak pernah memberi jeda. Biaya hidup melonjak. Pendidikan anak makin mahal. Kesehatan orangtua memerlukan perhatian ekstra. Dan karier? 

Keruwetan generasi sandwich,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Keruwetan generasi sandwich,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Tidak semuanya berjalan mulus, sebagian bahkan bergelut di ketidakpastian dunia kerja yang berubah cepat.

Sebuah Sudut Pandang Lain: Tak Semua Mengalami Hal yang Sama

Saya pribadi, dalam banyak hal, justru merasa tak sempat benar-benar menjadi bagian dari generasi sandwich. 

Bukan karena hidup saya lebih mudah---sama sekali bukan. Tapi karena orangtua saya jauh lebih mampu dan lebih sukses dari saya. Mereka tidak membutuhkan apa-apa dari saya, bahkan ketika saya berusaha untuk memberi.

Sering kali ketika saya menyodorkan sesuatu, mereka menolak dengan penuh kasih, bahkan mengembalikannya sambil berkata, "Kamu yang lebih butuh. Simpan saja." 

Saat itu, saya terdiam. Saya ingin memberi, ingin berbakti, ingin menjadi bagian dari mereka secara nyata, tapi tak sempat. Dan itu... sempat membuat saya iri kepada teman-teman yang bisa berbagi langsung, memberi nafkah, merawat, menunaikan tanggung jawab ganda sebagai generasi sandwich.

Dari situ saya belajar bahwa tidak semua pengorbanan bisa dilakukan secara nyata. 

Terkadang, ketulusan niat pun tak menemukan ruangnya. Tapi dari situ juga saya semakin menghargai mereka yang menjalaninya hari ini---dengan sabar, dengan ikhlas, dengan penuh cinta, meski kadang penuh tekanan.

Mimpi tentang Masa Pensiun

Lalu, masih mungkinkah mereka bermimpi untuk pensiun? Atau haruskah mereka bersiap menerima kenyataan bahwa mereka akan bekerja seumur hidup?

Jawabannya: masih mungkin, meski tentu tidak mudah.

Mimpi itu tetap ada. Tapi untuk mencapainya, generasi sandwich perlu perencanaan yang matang, keberanian untuk menata prioritas, dan kedisiplinan dalam mengelola keuangan. Mereka perlu mulai bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah saya memiliki tabungan pensiun?
  • Apakah saya sudah punya dana darurat?
  • Bisakah saya menyeimbangkan kebutuhan hari ini dengan cita-cita masa depan?
  • Bisakah saya mengkomunikasikan keterbatasan saya dengan orangtua dan anak-anak saya dengan penuh kasih?

Membangun Jalan Menuju Pensiun

Beberapa langkah realistis yang bisa dijalani:

  1. Mulai dari Sekarang, Tidak Menunda
    Setiap rupiah yang ditabung hari ini adalah penyangga untuk masa depan. Tak perlu besar, yang penting konsisten.

  2. Perkuat Literasi Finansial
    Memahami investasi, asuransi, dan dana pensiun menjadi modal penting. Banyak program pensiun swasta maupun pemerintah yang bisa dimanfaatkan.

  3. Belajar Berkata "Cukup" dan Menetapkan Batas
    Kasih sayang kepada keluarga bukan diukur dari seberapa besar uang yang kita berikan, tapi juga dari seberapa bijak kita menjaga keberlangsungan hidup bersama.

  4. Siapkan Aset Produktif
    Membangun bisnis sampingan, investasi properti, atau instrumen keuangan jangka panjang bisa menjadi jalan keluar agar tak tergantung hanya dari gaji bulanan.

  5. Komunikasi Terbuka dengan Keluarga
    Anak-anak dan orangtua perlu memahami situasi kita. Keterbukaan membangun empati, bukan menjauhkan kasih.

Batas Usia Pensiun: Harus Ditentukan Sendiri

Mungkin negara menentukan usia pensiun 56 atau 60 tahun. Tapi bagi generasi sandwich, batas pensiun harus ditentukan secara pribadi, berdasarkan kesiapan finansial, kondisi fisik, dan harapan hidup yang ingin dijalani.

Bagi sebagian, pensiun bukan berarti berhenti bekerja, tapi berhenti dari pekerjaan yang menuntut terlalu banyak energi dan waktu, dan beralih ke aktivitas yang lebih memberi makna dan ketenangan.

Menutup dengan Doa dan Harapan

Semoga setiap peluh dan pengorbanan generasi sandwich hari ini menjadi investasi kebaikan untuk masa depan. 

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk merancang pensiun dengan tenang, tanpa rasa bersalah karena memilih untuk juga mencintai diri sendiri.

Karena memberi kepada keluarga adalah kehormatan, bukan beban. Dan bermimpi untuk pensiun adalah hak, bukan kemewahan.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun