Antara Tarik-Ulur Global dan Ketahanan Domestik: Membaca Arah Pasar Keuangan Indonesia
Ada semacam napas panjang di pasar keuangan global baru-baru ini. Untuk sejenak, dunia tampak mengurangi ketegangannya setelah Amerika Serikat dan China---dua raksasa ekonomi dunia---sepakat melakukan pemangkasan tarif secara timbal balik.Â
Washington memutuskan untuk memangkas tarif terhadap produk China menjadi 30% dari sebelumnya yang melonjak drastis hingga 145% di era Trump.Â
Sebagai balasan, Beijing juga melonggarkan sikap, memangkas tarif balasannya menjadi 10% dari angka sebelumnya sebesar 125%. Meskipun hanya berlaku sementara selama 90 hari, pasar global menyambut baik sinyal deeskalasi ini.
Tak heran jika Goldman Sachs meresponsnya dengan langkah signifikan: memangkas proyeksi risiko resesi Amerika Serikat dari 45% menjadi 35%.Â
Bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia, kabar ini ibarat angin laut segar yang mengalir di tengah teriknya ketidakpastian global.
Di sisi lain, data ekonomi AS turut memperkuat sentimen positif. Indeks Harga Produsen (Producer Price Index) pada April 2025 tercatat naik sebesar 2,3% (year on year).Â
Angka ini menunjukkan adanya inflasi moderat yang memberi sinyal bahwa permintaan domestik di Negeri Paman Sam tetap sehat, sekaligus membuka ruang bagi The Fed untuk menahan diri dari kebijakan moneter agresif.
Namun, perhatian pelaku pasar tidak hanya berhenti pada angka-angka statistik. Mereka mencermati dengan seksama setiap kata yang meluncur dari pidato Jerome Powell, Ketua The Federal Reserve.Â
Sikap Powell yang tidak terlalu hawkish memberikan sinyal bahwa era suku bunga tinggi mungkin mendekati ujungnya. Dan di dunia pasar uang, narasi itu bisa memindahkan miliaran dolar hanya dalam hitungan detik.
Euforia Kesepakatan yang Menular
Bagi investor pasar saham, kesepakatan tarif antara Amerika Serikat dan China bukan hanya sinyal peredaan konflik dagang, tetapi juga titik balik psikologis yang membawa harapan baru. Euforia pasar terasa kuat, terutama setelah IHSG berhasil menembus level psikologis 7.000.
"Euforia kesepakatan tarif AS-China masih sangat mendukung sentimen. Investor juga mengantisipasi kesepakatan-kesepakatan lain, di antaranya antara AS dengan Jepang, Korea, dan negara mitra lainnya," demikian tanggapan dari salah satu pelaku pasar yang mengikuti dinamika global dengan cermat.