Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tutupnya Gerai Satu per Satu dan Kenangan Kisah Sukses Matahari

5 April 2025   21:33 Diperbarui: 6 April 2025   07:10 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat Indonesia, nama "Matahari" bukan sekadar pusat perbelanjaan. Ia adalah bagian dari sejarah, kenangan, dan simbol kejayaan industri ritel nasional. 

Namun, seperti mentari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, sinar Matahari kini tampak meredup.

Kisah Matahari bermula dari sebuah toko pakaian kecil bernama "Micky Mouse" di kawasan Pasar Baru, Jakarta, yang didirikan oleh pengusaha Hari Darmawan pada tahun 1960. Toko ini menjual pakaian impor dan juga produk lokal dengan merek MM Fashion, buatan sang istri. 

Dalam lima tahun pertama, Micky Mouse mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik. Namun, di sisi lain, Hari Darmawan merasa iri melihat kesuksesan tetangganya, De Zion, toko milik keturunan Belanda yang selalu ramai dikunjungi kalangan berada.

Keinginan untuk menyaingi bahkan memiliki De Zion terus mengendap hingga pada 1968, saat Hari mendengar kabar bahwa pemilik De Zion hendak menjual tokonya. Dengan semangat tinggi dan bermodalkan pinjaman sebesar US$200 juta dari Citibank, Hari Darmawan akhirnya mengakuisisi dua toko De Zion di Jakarta dan Bogor. 

Nama "Matahari" pun dipilih sebagai identitas baru toko tersebut, mengacu pada arti "De Zion" dalam bahasa Belanda yang berarti matahari.

Untuk memperkuat bisnisnya, Hari meniru konsep ritel Jepang, Sogo Department Store, yang menawarkan pilihan produk selengkap mungkin dengan harga terjangkau. Strategi ini berhasil. Matahari berkembang pesat pada dekade 1970-1980, menjual tidak hanya pakaian, tetapi juga perhiasan, kosmetik, elektronik, mainan, hingga alat tulis. Pada 1989, kesuksesan ini mengantarkan Matahari melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten LPPF.

Namun, Hari Darmawan tidak puas hanya menjadi besar. Ia bermimpi membangun 1.000 gerai Matahari di seluruh penjuru negeri. Ambisi ini mengantarkannya bertemu James Riady, putra konglomerat Mochtar Riady dari Lippo Group. James menawarkan pinjaman senilai Rp1,6 triliun dengan bunga rendah. Hari menerimanya, namun tak menyangka langkah ini akan membuka jalan bagi pergeseran kepemilikan.

Tak lama setelah pinjaman dikucurkan, Lippo Group membawa WalMart---ritel raksasa asal Amerika Serikat---ke Indonesia. Yang mencengangkan, WalMart membuka gerai persis di depan Matahari. Persaingan ini mirip fenomena "Indomaret vs Alfamart" yang berdampingan di mana-mana. Hari tak gentar, dan faktanya, Matahari tetap unggul hingga WalMart akhirnya angkat kaki dari Indonesia.

Namun, badai besar datang pada 1996. James Riady menawarkan pembelian Matahari, dan Hari menerima tawaran tersebut. Maka, Matahari resmi menjadi bagian dari Lippo Group, dengan valuasi mencapai Rp2 triliun. Penjualan ini mengejutkan publik, mengingat Matahari tengah berada di puncak kejayaan.

Meski berada di bawah Lippo Group, tantangan baru mulai menghantui. Salah satunya adalah munculnya gaya hidup digital dan perubahan pola belanja masyarakat ke arah e-commerce. 

Matahari pun mulai tertinggal dalam transformasi digital. Tak hanya itu, pemain ritel global lainnya seperti Yaohan dari Jepang pun pernah merasakan tekanan dari kehadiran Matahari yang dominan di Indonesia, hingga akhirnya Yaohan menutup gerainya di beberapa kota besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun