Pasar modal Indonesia turut merasakan dampak ketidakstabilan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan angka terkini berada di level 6.200, turun dari posisi tertingginya di 7.300 pada awal tahun.
Capital outflow atau keluarnya dana asing menjadi salah satu indikasi bahwa kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia mulai goyah.
Kebijakan moneter yang kurang fleksibel, ditambah dengan ketidakpastian politik menjelang tahun pemilu, memperburuk situasi. Banyak investor memilih menarik dananya dan mencari pasar yang dianggap lebih stabil. Sektor perbankan dan properti menjadi yang paling terdampak, dengan penurunan valuasi yang cukup tajam.
Oligarki dan Menyempitnya Ruang Demokrasi
Kuatnya cengkeraman oligarki dalam politik dan ekonomi Indonesia semakin memperburuk keadaan. Dominasi kelompok elite dalam pengambilan keputusan strategis kerap mengabaikan kepentingan publik. Kebijakan yang berpihak pada pemilik modal besar membuat ketimpangan sosial semakin nyata.
Dalam banyak kasus, proyek-proyek strategis nasional justru lebih banyak menguntungkan segelintir pihak ketimbang memberikan dampak positif bagi rakyat luas. Kondisi ini memicu rasa ketidakadilan dan memperbesar jurang antara kelas penguasa dan masyarakat biasa.
Rakyat dan Keinginan untuk "Kabur"
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, tidak mengherankan jika muncul keinginan sebagian masyarakat untuk mencari kehidupan yang lebih stabil di luar negeri.
Tingginya biaya hidup, minimnya kesempatan kerja, dan ketidakpastian masa depan menjadi pendorong utama.
Namun, apakah "kabur" benar-benar solusi? Atau justru seharusnya kita memperjuangkan perubahan dari dalam?
Satu hal yang pasti, suara publik yang lantang dan konsisten tetap menjadi kunci untuk mendorong perbaikan. Karena bagaimanapun juga, masa depan Indonesia adalah tanggung jawab kita bersama.
Membangun Harapan dan Perubahan
Meski situasi saat ini tampak suram, harapan untuk perubahan tetap ada. Masyarakat bisa berkontribusi melalui berbagai cara, seperti mendukung gerakan anti-korupsi, aktif mengawasi kebijakan publik, dan terlibat dalam forum-forum diskusi yang konstruktif. Peran media juga penting dalam mengungkap ketidakadilan dan memberikan informasi yang akurat.
Selain itu, memperkuat pendidikan dan literasi digital menjadi kunci dalam membangun kesadaran dan memperkuat posisi masyarakat dalam menyuarakan aspirasi. Dengan kolaborasi antara masyarakat sipil, akademisi, dan sektor swasta, Indonesia masih memiliki peluang untuk bangkit dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Pemerintah yang baru saja terpilih dan berkuasa juga diharapkan mampu menunjukkan komitmennya dalam memberantas korupsi dan memperbaiki tata kelola pemerintahan demi mengembalikan kepercayaan publik.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)