Belum reda gema tagar #KaburAjaDulu dengan segala pro kontranya, sekarang ramai pula tagar #IndonesiaGelap menyambut pidato Presiden Prabowo yang seolah tak mau lepas dari bayang-bayang presiden pendahulunya, Jokowi.
Pemerintahan Prabowo baru saja melewati 100 hari pertamanya, sebuah periode yang sering dijadikan tolok ukur awal bagi kepemimpinan baru. Namun, alih-alih optimisme, yang muncul justru kekhawatiran dan kritik dari berbagai pihak. Tagar #IndonesiaGelap semakin trending di media sosial, mencerminkan keresahan publik terhadap kondisi negara saat ini.
Saat Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden Indonesia pada Oktober 2024, banyak yang berharap akan ada perubahan signifikan dalam arah kebijakan dan dinamika politik negara. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang merasa belum merasakan perubahan yang dijanjikan.
Bahkan, ada yang merasa pemerintahannya masih terkesan "tergantung" pada pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) meskipun sudah tidak lagi menjabat.
Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar pemerintahan ini? Dan bagaimana kita seharusnya menyikapinya?
Menilai 100 Hari Pemerintahan Prabowo
Tidak ada yang bisa membantah bahwa 100 hari pertama pemerintahan adalah periode yang penuh tantangan. Setiap pemerintahan baru pasti dihadapkan pada berbagai masalah, mulai dari transisi kebijakan, koordinasi antarinstansi, hingga pengelolaan ekonomi yang harus cepat memberikan dampak positif kepada masyarakat.
Namun demikian, dalam kasus pemerintahan Prabowo, ada kesan bahwa meskipun ia sudah memegang kendali penuh, kebijakan-kebijakan yang diambil masih terasa berada dalam bayang-bayang pemerintahan Jokowi.
Mengapa Ini Terjadi?
Salah satu alasan utama mengapa pengaruh Jokowi masih terasa kuat adalah karena banyak kebijakan yang sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Jokowi, terutama yang menyangkut infrastruktur dan program pro-rakyat, yang masih relevan dan terus dilanjutkan.
Hal tersebut wajar, mengingat kebijakan besar membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk diimplementasikan. Namun, yang menjadi sorotan adalah bagaimana masyarakat melihat bahwa bahkan dalam kebijakan baru sekalipun, Prabowo seolah-olah tidak bisa lepas dari pengaruh Jokowi.
Hal ini muncul dalam komunikasi politik yang belum terlihat cukup tegas dan keputusan-keputusan yang terlihat mengarah pada kelanjutan program lama.
Ketergantungan Politik: Antara Lanjutkan atau Berubah
Pemerintahan Prabowo berada di persimpangan antara melanjutkan kebijakan Jokowi yang berhasil dan menciptakan kebijakan baru yang mencerminkan visi serta arah politiknya sendiri. Di satu sisi, kelanjutan kebijakan yang sudah ada bisa memberikan stabilitas, namun di sisi lain, masyarakat membutuhkan pembaruan yang jelas agar tidak terjebak dalam "status quo."