Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Buku The Fugitive dan Peran Pramoedya Ananta Toer dalam Sastra Indonesia

4 Februari 2025   20:38 Diperbarui: 4 Februari 2025   20:38 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Koleksi Merza Gamal & Wikipidia (https://en-m-wikipedia-org)

Karakter lain, Karmin, yang berkhianat kepada Hardo, diibaratkan sebagai Karna dalam Mahabharata, seseorang yang tetap setia pada tuannya meskipun sadar bahwa dia berada di pihak yang salah.

Pramoedya menggunakan pendekatan ini untuk memperlihatkan bahwa konflik yang terjadi dalam sejarah Indonesia bukan sekadar perang fisik melawan penjajah, tetapi juga pertarungan nilai dan kesetiaan di antara sesama anak bangsa.

Hal ini menjadi sangat relevan, terutama dalam konteks Indonesia pascakemerdekaan yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam menyatukan visi dan cita-cita bangsa.

Biografi Singkat Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Sejak muda, ia sudah menunjukkan minat besar terhadap dunia sastra dan sejarah. Masa kecilnya dihabiskan di tengah gejolak pergerakan nasional, yang kemudian sangat memengaruhi tema-tema karyanya di masa depan.

Selama pendudukan Jepang, Pramoedya sempat bekerja sebagai jurnalis sebelum akhirnya ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Pengalamannya dalam tahanan membentuk perspektif kritisnya terhadap kolonialisme dan ketidakadilan sosial. Setelah kemerdekaan, ia terus aktif menulis dan menghasilkan banyak karya yang berfokus pada sejarah, perjuangan rakyat kecil, dan kritik terhadap kekuasaan.

Namun, perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku. Pada era Orde Baru, ia kembali dipenjara selama lebih dari satu dekade di Pulau Buru tanpa proses pengadilan yang jelas.

Meski dalam kondisi sulit, Pramoedya tetap menulis, dan dari pengasingannya lahirlah karya besarnya, Tetralogi Buru yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Karya-karya ini menggambarkan perjalanan sejarah Indonesia dari perspektif tokoh fiksi bernama Minke, seorang anak pribumi yang berusaha melawan ketidakadilan kolonial.

Peran Pramoedya dalam Sastra Indonesia

Pramoedya bukan hanya seorang novelis, tetapi juga seorang pejuang dalam dunia literasi. Karyanya menjadi suara bagi mereka yang tertindas dan memberikan perspektif sejarah yang tidak selalu diajarkan dalam buku-buku resmi.

Dengan gaya bahasa yang mengalir, penuh emosi, dan berpijak pada realitas sosial, ia berhasil menghadirkan narasi yang membuat pembaca merenungkan kembali sejarah bangsanya.

Salah satu kontribusi terbesarnya adalah bagaimana ia memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional melalui karyanya. Berbagai penghargaan dari luar negeri diberikan kepadanya, termasuk Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature, and Creative Communication Arts. Ia juga beberapa kali dinominasikan untuk Nobel Sastra, meskipun akhirnya tidak pernah mendapatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun