Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living ketika Masih Menjabat akan Menghindari Post Power Syndrome

1 Februari 2024   19:55 Diperbarui: 1 Februari 2024   20:00 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pensiun, Sebuah Fase yang Membutuhkan Persiapan Mendalam

Pensiun, suatu fase hidup yang seringkali disambut dengan kecampuran perasaan. Meskipun berlimpahnya dana pensiun dianggap sebagai keberhasilan finansial, namun tahap ini juga dapat menjadi tantangan besar, terutama jika tidak ada persiapan menyeluruh untuk menghadapi perubahan yang signifikan.

Artikel sederhana ini akan menjelajahi aspek-aspek penting dalam menghadapi pensiun dengan bijak, menghindari post-power syndrome, dan membangun hidup yang bermakna.

Post power syndrome atau retirement syndrome tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan hasil dari sejumlah faktor, seperti datangnya usia pensiun dan turunnya dari jabatan tertentu.

Hal ini terjadi karena seseorang yang sebelumnya memiliki kekuasaan dan jabatan tinggi tiba-tiba harus beradaptasi dengan hidup tanpa posisi yang membanggakan. Pergeseran ini dapat menimbulkan penurunan harga diri dan bahkan dapat menyebabkan gejala split personality.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa hubungan yang baik dan perbuatan baik kepada banyak orang bukan hanya berdampak positif selama menjabat, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang.

Ketika kita membina hubungan dengan ikhlas dan berbuat baik kepada sesama, kita sedang membangun jaringan dukungan sosial yang akan menjadi penopang saat kita menghadapi masa sulit, seperti pensiun. Kebaikan hati yang ditanamkan selama bertahun-tahun akan menjadi investasi sosial yang tak ternilai.

Persiapan Menjelang Pensiun: Fisik, Mental, dan Finansial

Persiapan diri sebelum pensiun menjadi krusial untuk mengurangi dampak post power syndrome. Ini mencakup menjaga kesehatan fisik dan mental dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan menjalani gaya hidup yang seimbang.

Di sisi finansial, perencanaan dana pensiun yang matang dan pemahaman yang baik tentang situasi keuangan dapat membantu menciptakan stabilitas setelah pensiun. Salah satu penyebab post power syndrome adalah gaya hidup maksimalis ketika masih menjabat.

Oleh karena itu, disarankan untuk mempraktikkan hidup bersahaja dan menerapkan konsep frugal living, terutama ketika masih menjabat. Dengan menjadi rendah hati, hidup dalam qanaah, dan mengurangi konsumsi berlebihan, seseorang dapat menghadapi perubahan kehidupan dengan lebih tenang dan terfokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Frugal living bukan sekadar gaya hidup hemat, tetapi panggilan untuk membangun hidup yang bermakna. Kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kepemilikan material semata, melainkan dalam hubungan, kesehatan, dan pengembangan diri.

Bersyukur atas apa yang telah dimiliki, fokus pada hal-hal yang penting, dan menemukan kekayaan sejati dalam kesederhanaan adalah kunci untuk menjalani pensiun dengan kedamaian batin.

Mengukir Masa Pensiun yang Bermakna

Dalam menjalani perjalanan pensiun, kita dapat mengamati bahwa berlimpahnya dana pensiun tidak selalu sejalan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan batin. Post power syndrome menjadi pemandangan yang tidak jarang ditemui ketika seseorang harus merelakan posisi terhormatnya.

Namun demikian, hal tersebut bukan berarti kita harus menakut-nakuti masa pensiun. Sebaliknya, kita dapat mengambil langkah-langkah bijak untuk mengukir masa pensiun yang bermakna dan bermanfaat.

Dalam konteks ini, kita menyadari bahwa hubungan yang dibangun dengan ikhlas dan kebaikan hati tidak hanya berlaku selama menjabat, tetapi juga menjadi penopang utama ketika kita memasuki masa pensiun. Mengubah pandangan terhadap jabatan, pangkat, atau materi menjadi landasan hidup yang lebih sederhana dan bersahaja adalah kunci untuk menghindari post power syndrome.

Persiapan diri, baik dari segi fisik, mental, maupun finansial, merupakan investasi untuk masa depan yang tak ternilai. Jangan menyepelekan kekuatan dari hidup bersahaja dan penerapan frugal living. Kesederhanaan bukanlah batasan, melainkan pintu menuju kebahagiaan sejati. Kita dapat menemukan kekayaan dalam hubungan, menjaga kesehatan, dan mengembangkan diri.

Dengan memahami tantangan post power syndrome dan mengambil langkah-langkah preventif, seseorang dapat menjalani pensiun dengan bijak. Menghindari kesalahan gaya hidup maksimalis ketika masih menjabat, menjaga hubungan sosial, dan mengadopsi frugal living dapat membantu menciptakan fondasi kebahagiaan yang sejati di masa pensiun.

Jadilah teladan dalam hidup sederhana, penuh berkah, dan bermakna, meninggalkan jejak positif bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Sebagai penutup, mari kita renungkan bahwa masa pensiun bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan awal dari babak baru yang penuh potensi. Dengan merangkul perubahan, hidup bersahaja, dan terus memberikan nilai positif bagi orang sekitar, kita dapat menjalani masa pensiun dengan penuh makna dan kebahagiaan.

Semoga artikel sederhana ini menjadi inspirasi untuk mempersiapkan diri dengan bijak, menjaga nilai-nilai positif, dan mengukir jejak bermakna dalam perjalanan hidup kita, serta memberikan inspirasi bagi pembaca yang masih menjabat dalam menghadapi masa pensiun.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun