Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuntut Ilmu, Rendah Hati, dan Menggunakan Ilmu untuk Kebaikan

2 Juni 2023   03:30 Diperbarui: 2 Juni 2023   03:34 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Merza Gamal

Pelajaran dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir: Menuntut Ilmu, Rendah Hati, dan Menggunakan Ilmu untuk Kebaikan

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang terdapat dalam Surat Al-Kahf (Surah 18) ayat 60-82 memberikan pengajaran berharga tentang pentingnya menuntut ilmu, memiliki sikap rendah hati, dan menggunakan ilmu untuk tujuan yang baik. Kisah ini mengajarkan kita tentang kerendahan hati Nabi Musa dalam mencari ilmu, keterbatasan penilaian manusia terhadap ilmu, dan pentingnya mengarahkan pengetahuan yang kita peroleh untuk kebaikan umat manusia. Mari kita eksplorasi kisah ini dan implikasinya bagi kita sebagai hamba Allah.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dimulai ketika Nabi Musa berangkat bersama Khidir untuk mencari seorang hamba Allah yang telah diberikan rahmat khusus dan ilmu dari Allah. Mereka berjalan bersama dan menemui berbagai kejadian yang mengejutkan.

Pertama, Nabi Musa melihat sebuah perahu yang rusak dan Nabi Khidir menghancurkannya. Nabi Musa merasa heran dengan tindakan tersebut, tetapi Nabi Khidir memberitahu bahwa perahu itu dimiliki oleh orang-orang miskin yang terancam oleh seorang raja yang zalim. Dengan menghancurkan perahu tersebut, Nabi Khidir menyelamatkan perahu dari penindasan raja yang jahat.

Kemudian, mereka bertemu dengan seorang anak laki-laki. Nabi Khidir secara tiba-tiba membunuh anak tersebut, yang membuat Nabi Musa merasa terkejut dan tidak bisa memahami tindakan tersebut. Nabi Khidir menjelaskan bahwa anak itu adalah seorang yang durhaka dan akan mendatangkan kedurhakaan kepada orang tuanya di masa depan. Dengan tindakan tersebut, Nabi Khidir mencegah anak itu melakukan perbuatan yang akan berdampak negatif pada masa depannya dan orang tuanya.

Selanjutnya, mereka tiba di sebuah desa dan meminta makanan, tetapi penduduk desa menolak memberikan mereka. Di sana, mereka melihat tembok yang hampir roboh. Nabi Khidir memperbaiki tembok tersebut tanpa meminta imbalan apapun. Nabi Musa bertanya mengapa Nabi Khidir tidak meminta imbalan atas pekerjaannya yang berarti, dan Nabi Khidir menjelaskan bahwa mereka tidak bisa tinggal di desa tersebut karena penduduk desa tidak mau memberikan mereka makanan. Dalam melakukan perbaikan tembok, Nabi Khidir berharap bahwa kelak, ketika tembok itu roboh, pemiliknya akan menemukan harta yang tersembunyi di bawahnya.

Akhirnya, setelah menjelaskan tindakan-tindakannya, Nabi Khidir dan Nabi Musa berpisah. Nabi Musa menyadari bahwa ada hikmah yang tersembunyi di balik tindakan-tindakan Nabi Khidir yang tampak aneh dan tidak masuk akal bagi dirinya. Nabi Musa menyadari bahwa kebijaksanaan Nabi Khidir dan ilmu yang dia miliki tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia biasa.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir memberikan pelajaran yang berharga tentang pentingnya menuntut ilmu dan memiliki sikap rendah hati sebagai hamba Allah. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada batasan dalam menuntut ilmu, bahwa kita harus tetap rendah hati dan terbuka untuk belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Dalam kisah ini, Nabi Musa, seorang nabi yang mulia, tetap merasa ada yang bisa dipelajari darinya. Hal ini menjadi contoh bagi kita bahwa tidak selayaknya seseorang meninggalkan kegiatan menuntut ilmu meski ia telah mencapai puncak keilmuannya. Kesombongan intelektual dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kita sebagai manusia. Kita perlu terus memperluas pengetahuan kita, menggali lebih dalam tentang agama, ilmu pengetahuan, dan dunia di sekitar kita.

Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita tentang rendah hati. Nabi Musa, seorang nabi yang memiliki pengetahuan langsung dari Allah, tetap menghormati dan menghargai ilmu Nabi Khidir yang lebih tinggi. Sikap rendah hati ini mengajarkan kita untuk tidak sombong dengan pengetahuan yang kita miliki, melainkan menerima dengan terbuka bahwa orang lain mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik atau pengetahuan yang lebih luas dalam bidang tertentu. Dengan demikian, kita dapat belajar dari orang lain dan saling bertukar pengetahuan demi kemajuan kita sebagai umat manusia.

Selain menuntut ilmu dan rendah hati, kisah ini juga mengajarkan kita untuk menggunakan ilmu yang kita peroleh untuk kebaikan. Nabi Khidir menggunakan ilmunya untuk melakukan tindakan-tindakan yang mendatangkan manfaat dan kebaikan dalam jangka panjang. Beliau mengajarkan bahwa pengetahuan yang kita peroleh harus digunakan untuk membantu dan melayani sesama manusia serta menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Sebagai hamba Allah, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan ilmu kita dengan bijaksana dan bertanggung jawab demi kemaslahatan umat manusia dan memperoleh keridhaan Allah. Kita harus menggunakan pengetahuan kita untuk memerangi ketidakadilan, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, menyebarkan kebaikan, dan memperbaiki dunia ini.

Dengan mengaplikasikan ilmu kita untuk kebaikan, kita dapat memperoleh kepuasan spiritual dan menjalankan tugas kita sebagai hamba Allah dengan lebih baik. Kita menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi lingkungan sekitar kita. Ketika kita menggunakan ilmu kita untuk tujuan yang mulia, kita menyampaikan pesan kasih sayang, keadilan, dan kebaikan yang terkandung dalam ajaran agama kita.

Selain itu, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir juga mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati saat berinteraksi dengan orang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi. Sikap rendah hati memungkinkan kita untuk belajar dan berkembang, serta membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia. Kita harus bersedia menerima kritik, nasihat, dan pengetahuan baru dari orang-orang yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang tertentu. Dengan demikian, kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam rangka menuntut ilmu, kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua pengetahuan ada di tangan manusia. Ada ilmu yang hanya diketahui oleh Allah semata. Nabi Khidir, meskipun bukan termasuk dalam 25 nabi dan rasul yang wajib diimani, tetap memiliki ilmu yang diberikan langsung oleh Allah. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam kesombongan intelektual, karena hanya Allah yang memiliki pengetahuan yang mutlak dan tanpa batas. Kita perlu selalu merendahkan diri di hadapan-Nya dan terus mencari ilmu serta petunjuk-Nya.

Kesimpulannya, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir mengandung pelajaran berharga bagi kita sebagai hamba Allah. Kisah ini mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, sikap rendah hati, dan penggunaan ilmu untuk tujuan yang baik. Dengan terus belajar, rendah hati, dan mengarahkan pengetahuan kita untuk kebaikan, kita dapat menjadi individu yang lebih baik, melayani sesama manusia, dan memperoleh keridhaan Allah. Mari kita mengambil hikmah dari kisah ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun