Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Artikel Utama

Mekanisme Bukti Kepemilikan Cryptocurrency Melalui Blockchain

9 Januari 2023   12:51 Diperbarui: 2 Februari 2023   13:30 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi blockchain. (sumber: Getty Images/iStockphoto/Peshkov) 

Keruntuhan, penularan, dan keruntuhan beruntun cryptocurrency terjadi begitu cepat pada tahun 2022, sehingga investor mengajukan pertanyaan eksistensial yang serius. 

Tahun 2023, menurut berbagai sumber (Reuter, 20 Desember 2022), dunia keuangan tradisional dapat menggunakan crypto malaise untuk mengambil platform dan aset di dunia blockchain, menerbitkan obligasi dan saham yang diberi token atau bahkan mungkin meluncurkan lebih banyak mata uang digital bank sentral.

Blockchain merupakan sesuatu yang rumit dan tidak mudah ditembus karena banyak berkaitan dengan mekanisme konsensus.  Pada dasarnya mekanisme konsensus merupakan cara pengguna blockchain menyetujui riwayat transaksi, sekarang dan masa depan.

Blockchain merupakan teknologi yang memungkinkan berbagi informasi secara aman,  sebagai database (tempat data disimpan), dan buku besar (buku akun tempat transaksi dicatat). 

Blockchain merupakan jenis database atau buku besar terdistribusi yang menjadi salah satu tren teknologi teratas saat ini. Kekuatan untuk memperbarui data didistribusikan di antara node jaringan komputer publik atau pribadi. 

Model tersebut dikenal sebagai teknologi ledger terdistribusi, atau DLT (Distribution Ledger Technology) yang memberikan insentif bagi node untuk memperbarui blockchain dalam bentuk token atau mata uang digital.

Cryptocurrency merupakan sistem tersentralisasi yang tidak memiliki catatan fisik atau pertukaran koin. 

Konsekuensinya, tidak ada bank atau otoritas pusat lainnya untuk melacak berapa banyak uang yang ada di setiap akun dan apakah transaksi itu sah atau menyalahi peraturan. 

Setiap pihak yang berpartisipasi dalam jaringan, atau setiap node, memerlukan cara lain untuk tetap memantau buku besar dan transaksi.

Untuk itu, agar blockchain berfungsi, setiap node memerlukan akses ke database yang sama dan terus diperbarui. Oleh karena itu, semua node pada blockchain mencapai konsensus merupakan hal yang penting dalam setiap perubahan pada saat konsensus tercapai. 

Node harus memverifikasi dan mengonfirmasi keabsahan data baru berdasarkan izin atau insentif ekonomi saat data baru ditambahkan ke jaringan. Proses itu merupakan mekanisme konsensus. 

Blok baru dibuat dan dilampirkan ke rantai (chain). Selanjutnya, semua node diperbarui untuk mencerminkan buku besar blockchain.

Protokol konsensus memiliki banyak tipe. Sebagian besar cryptocurrency menggunakan "Proof of Work" sebagai mekanisme konsensus pada saat ini. 

Cryptocurrency berbasis Ethereum dialihkan ke protokol "Proof of Stake" pada bulan September 2022, dalam acara yang sangat dipublikasikan yang dikenal sebagai "The Merge".

Proof of Stake (PoS) adalah protokol konsensus dalam blockchain yang baru. PoS adalah cara untuk memutuskan pengguna atau pengguna mana yang memvalidasi blok transaksi baru dan mendapatkan reward karena melakukannya dengan benar.

Protokol blockchain memberi pedagang insentif untuk memvalidasi transaksi dengan memberi mereka cryptocurrency untuk setiap validasi yang benar. 

Sebagai perlindungan terhadap penipuan, protokol Proof of Stake mengharuskan pedagang untuk "mempertaruhkan" sebagian mata uang kripto mereka sebagai jaminan, dan kemudian dikunci dalam deposit. 

Image: Cryptocurrency melalui blockchain (File by Merza Gamal, photo-photo dari Forbes)
Image: Cryptocurrency melalui blockchain (File by Merza Gamal, photo-photo dari Forbes)

Jika seorang trader menambahkan transaksi ke blockchain yang dianggap tidak valid oleh validator lain, maka trader tersebut dapat kehilangan sebagian dari apa yang mereka pertaruhkan.

Untuk menentukan berapa banyak validator yang dapat dipertaruhkan, biasanya ditetapkan batas bawah. Setelah batas terlampaui, validator dapat mempertaruhkan seberapa banyak transaksi yang diinginkan. Semakin banyak trader mempertaruhkan transaksinya, maka akan semakin besar kemungkinan mereka dipilih oleh algoritme.

Contoh sederhana mengilustrasikannya: misalnya ada perubahan baru pada blockchain yang memerlukan verifikasi. 

Sepuluh node secara sukarela memvalidasinya, dan mereka masing-masing mempertaruhkan satu cryptocoin untuk mendapatkan hak istimewa, artinya mereka masing-masing memiliki peluang 10 persen yang sama untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.

Andaikan, seorang sukarelawan benar-benar ingin memenangkan pekerjaan. Dia bisa meningkatkan peluang dengan mempertaruhkan tiga koin pada kesepakatan tersebut.

Kalau semua orang mempertahankan taruhan mereka pada satu koin, maka peluang mereka untuk memenangkan pekerjaan menjadi 25 persen. Sementara itu, peluang semua orang akan turun menjadi 8,3 persen.

Dalam praktiknya di lapangan tidak semudah gambaran yang Kakek Merza sampaikan, tetapi jauh lebih rumit karena transaksi baru dikelompokkan bersama dalam blok, bahkan terkadang beberapa ratus blok atau lebih. Beberapa blok, kemudian dirangkai bersama untuk membuat catatan semua transaksi secara berurutan.

Faktor lain yang membuat rumit adalah pedagang dapat memasuki kumpulan taruhan yang di dalamnya terdapat kelompok validator yang bersama-sama mencapai batas bawah untuk menjadi validator. 

Pada saat kumpulan taruhan diberikan pekerjaan, reward mereka bagi di antara anggota kumpulan. Mereka mengatur bagian yang sedikit lebih besar diberikan kepada pemilik kumpulan.

Proof of Stake (PoS) masih belum umum digunakan, sebagian besar blockchain mencapai konsensus, hingga saat ini, melalui bukti kerja (PoW= Proof of Work). 

Cara kerja PoW adalah node pertama, atau peserta, yang memverifikasi penambahan data atau transaksi baru di buku besar digital menerima sejumlah token sebagai reward. 

Proses verifikasi membutuhkan peserta, biasanya disebut "penambang" untuk menyelesaikan pertanyaan kriptografi. Komputer yang menyelesaikan teka-teki terlebih dahulu diberikan token. Model PoW memberikan insentif bagi penambang untuk bertindak cepat, yang meningkatkan kecepatan penyelesaian operasi.

Sejumlah besar cryptocurrency diharapkan akan bermigrasi ke bukti kepemilikan. Berbeda dengan sistem PoW, dalam sistem PoS, penambang dinilai berdasarkan jumlah koin yang mereka miliki di dompet digital mereka dan lamanya waktu mereka memilikinya. 

Penambang dengan taruhan tertinggi, memiliki peluang lebih besar terpilih untuk memvalidasi transaksi dan menerima reward.

Sistem PoW yang mengarahkan sumber daya komputer berkekuatan tinggi untuk memecahkan teka-teki menggunakan lebih banyak listrik. 

Oleh karena itu, cryptocurrency yang menggunakan mekanisme konsensus Proof of Work (PoW) dikritik oleh banyak pihak karena konsumsi listriknya yang besar.

Sementara itu, Proof of Stake (PoS) prosesnya lebih cepat, dan menghindari pembakaran energi yang besar, serta tidak memerlukan peralatan komputasi khusus. Dengan alasan tersebut, PoS diperkenalkan sebagai protokol validasi untuk gelombang cryptocurrency dan altcoin yang lebih baru. 

Beberapa yang telah menggunakan protokol Proof of Stake, seperti  Tezos, Solana, Algorand, Cardano, Binance Smart Chain, Avalanche, EOS and Polkadot (Forbes, 12 Agustus 2021) menyukainya karena pengembalian pemrosesan yang lebih cepat dan skalabilitas yang dimungkinkan oleh biaya yang lebih rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun