Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-14)

6 Desember 2022   06:43 Diperbarui: 6 Desember 2022   07:01 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, jika Ibu nanti tidak mau mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak akan memaksanya. Apa pun yang terjadi, aku tetap akan menganggap Ibu adalah Ibu kandungku. Ibu telah banyak berkorban untukku, dia telah mempertaruhkan kebahagiaan hidupnya hanya karena kasih sayang dan cintanya kepadaku.

Jika aku memang bukan anak kandung Ibu, sebenarnya tidak ada kewajiban lagi bagi Ibu untuk mengasuhku hingga membuat dia tidak menikah lagi begitu Ayah sudah meninggal. Aku jadi anaknya semata-mata karena Ayahku menikah dengannya. Mana mungkin, aku akan menyia-nyiakannya hanya karena ternyata Ibu bukan orangtua biologisku.

Sementara, seandainya benar aku terlahir dari rahim Mama, aku akan menghargainya sebagai Ibu biologisku. Walau, dia sempat membiarkanku tanpa kabar dimana keberadaanku semasa bayi dan anak-anak.

Aku akan bersikap sebagai saudara angkat mereka, untuk membagi kebahagian hidup bersama mereka yang telah kehilangan anak bagi Mama dan kehilangan saudara kembar bagi Gustav. Papa sebagai Ayah sambung Gustav, dalam dua hari ini juga menunjukkan kasih sayangnya kepadaku layaknya benar aku adalah saudara kembar Gustav. Vera sebagai adik tiri Gustav juga terlihat bahagia dekat denganku.

Ya, apa salahnya membahagiakan orang sebagaimana yang diajarkan agama yang aku yakini saat ini, dan agama lain yang pernah kupelajari dari kecil.  Demikian pula Ibu mengajarkannya sejak aku kecil. Kini aku sudah dewasa, bahkan sudah menjadi manajer muda sebuah bank nasional di Indonesia. Aku bertemu Gustav dan kemudian dipertemukan Allah dengan keluarganya di Jerman juga karena terkait dengan tugasku sebagai manajer muda bank milik negeri Indonesia tanah airku.

Kini, untuk semua jalan hidupku, aku lah yang akan menentukan. Apa pun yang terjadi, hidup akan terus berjalan. Masa depanku masih panjang, tapi tentu saja aku tidak bisa egois menentukan jalan hidupku selanjutnya.

Bersambung...

Nantikan kisah Morgan di Jerman sebelum bertemu kembali ibunya di Jakarta dalam episode selanjutnya...!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun