Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Adakah Perbedaan Waktu Objektif dengan Waktu Subjektif?

23 Agustus 2022   10:23 Diperbarui: 23 Agustus 2022   13:03 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Merza Gamal

Profesor Abbie J. Shipp, Ketua Departemen Manajemen & Kepemimpinan di Texas Christian University, dan Associate Editor di Academy of Management Review bersama Profesor Karen Jansen, melakukan penelitian organisasi tentang waktu subjektif, meliputi: pengalaman individu dan/atau sosial di masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Waktu subjektif mencerminkan bagaimana orang memandang, menafsirkan, dan perjalanan mental melalui waktu, menggunakan ingatan dan prakiraan untuk memahami masa kini. Sedangkan waktu objektif berfokus pada jam dan kalender sebagai ukuran waktu di luar individu. Hasil penelitian tersebut mengajari Kita, bahwa obsesi untuk mengatur waktu objektif mengaburkan tiga pelajaran penting dari waktu subjektif, yakni sebagai berikut:

  • 1. Tidak Ada Waktu Objektif Tanpa Interpretasi Subyektif tentangnya;
  • 2. Acara Subyektif Sama Pentingnya dengan Jam Objektif;
  • 3. Makna Subyektif Lebih dari Jadwal Objektif.

Ketiga pelajaran yang didapat dari penelitian Profesor Abbiie J. Shipp dan Prof Karen Jansen tersebut, akan Kakek Merza ulas dalam artikel lainnya.

Image:  Antara Waktu Ojektif dengan Waktu Subjektif (by Merza Gamal)
Image:  Antara Waktu Ojektif dengan Waktu Subjektif (by Merza Gamal)

Dalam kenyataan yang ada selama ini, yakni ketika seorang insan memilih bagaimana menghabiskan waktu mereka, mereka sering mengabaikan makna dan lebih memikirkan nilai ekonomi waktu. Penekanan pada waktu sebagai komoditas membuat orang menganggap waktu lebih langka.

Dengan memahami kelangkaan waktu secara objektif, membuat para eksekutif  secara ketat berfokus pada tugas kerja sebagai aktivitas yang harus dikelola berdasarkan manajemen waktu. Manajemen waktu yang hanya peduli terhadap waktu objektif, mengarahkan orang untuk memprioritaskan hasil dan manfaat kerja yang dapat diukur. Dan, kemudian melupakan penggunaan waktu yang paling berdampak dan memberi energi, yakni ketika Kita memandang waktu sebagai pilihan simbolis antara yang bermakna dan yang tidak bermakna. Individu yang menyadari hal tersebut, akhirnya menyebabkan mereka beralih dari kegiatan yang bermakna seperti menjadi sukarelawan bagi orang banyak.

Dalam ajaran Islam, seorang Muslim yang mampu mengelola waktu dengan baik, maka akan memperoleh optimalisasi dalam kehidupannya. Namun, apabila tidak mampu, maka seseorang tidak akan mampu mengelola sesuatu apapun karena waktu merupakan modal dasar bagi kehidupan seorang Muslim yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT: "Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Yunus: 6)

MERZA GAMAL 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun