Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ada Apa dengan Monkeypox?

31 Mei 2022   07:14 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:45 1838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Test Monkeypox Virus caption (Source: theguardian.com)

Image: Test Monkeypox Virus caption (Source: theguardian.com)
Image: Test Monkeypox Virus caption (Source: theguardian.com)

WHO dengan memperhatikan situasi yang berkembang, memperkirakan akan ada lebih banyak kasus monkeyfox yang teridentifikasi seiring meluasnya pengawasan di negara-negara non-endemi. Tindakan yang dilakukan WHO adalah segera berfokus pada memberi tahu mereka yang mungkin paling berisiko terinfeksi monkeypox dengan informasi yang akurat, untuk menghentikan penyebaran lebih lanjut.

Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa mereka yang paling berisiko adalah mereka yang pernah melakukan kontak fisik dekat dengan seseorang yang mengidap monkeypox, sementara mereka masih menunjukkan gejala. 

WHO juga bekerja untuk memberikan panduan untuk melindungi penyedia layanan kesehatan garis depan dan petugas kesehatan lainnya yang mungkin berisiko seperti petugas kebersihan. WHO akan memberikan lebih banyak rekomendasi teknis dalam beberapa hari mendatang.

Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal, menunjukkan kecocokan virus monkeypox yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel dan Singapura pada tahun 2018 dan 2019.

Identifikasi kasus monkeypox yang dikonfirmasi dan dicurigai tanpa hubungan perjalanan langsung ke daerah endemik merupakan peristiwa yang sangat tidak biasa. Surveilans sampai saat ini di daerah non-endemi masih terbatas, tetapi sekarang berkembang. 

Dari informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang bergejala.

WHO terus menerima update status laporan kasus monkeypox yang sedang berlangsung melalui mekanisme surveilans (Integrated Disease Surveillance and Response) untuk kasus di negara endemi. Negara-negara endemi monkeyfox adalah: Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana (hanya diidentifikasi pada hewan), Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone, dan Sudan Selatan.

Monkeypox biasanya sembuh sendiri, tetapi bisa parah pada beberapa individu, seperti anak-anak, wanita hamil atau orang dengan penekanan kekebalan karena kondisi kesehatan lainnya. Infeksi manusia dengan clade Afrika Barat tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan clade Congo Basin, dengan tingkat kematian 3,6% dibandingkan dengan 10,6% untuk clade Congo Basin.

Seorang yang terinfeksi monkeypox biasanya mengalami gejala awal berikut: demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah bening. Lesi ruam monkeypox yang khas berkembang di sekitar wajah/mulut atau area genital sebelum menyebar ke seluruh tubuh. Lesi tampak seperti ruam cacar air biasa dan oleh karena itu pemeriksaan oleh dokter adalah penting.

Kementerian Kesehatan Singapore telah menyarankan masyarakat umum untuk menghindari kontak dekat dengan individu yang tidak sehat dengan demam atau ruam seperti cacar dan untuk menjaga standar kebersihan pribadi yang tinggi setiap saat, termasuk mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh wajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun