Sungguh miris apabila ada seorang guru yang mengajar pada sebuah sekolah andalan dan favorit dengan bayaran serta SPP yang terbilang mahal, tetapi anak mereka tidak mampu bersekolah disekolah tersebut meski mendapatkan diskon uang pangkal dan SPP. Makanya, di Indonesia banyak guru yang kita jumpai yang nyambi kerjaan lain.Â
Seperti menjadi Driver ojol, jualan kue dan lainnya. Profesi guru kadang terjebak dengan istilah "Pahlawan tanpa tanda jasa". Mungkin ini yang menjadikan guru harus survive dalam profesinya. Untuk guru yang berlabel PNS tentunya bisa bernafas lega karena mereka memiliki berbagai macam tunjangan untuk mendapatkan kemudahan ekonominya, bagaimana halnya dengan mereka yang guru honorer, swasta?.
Patut untuk diperjuangkan. Sertifikasi salah satunya. Tetapi ada juga dari beberapa guru yang kreatif dan mencoba untuk tidak terpengaruh dengan sedikitnya gaji yang mereka terima. Dengan tidak keluar dari jalurnya yaitu pendidikan. Guru tersebut produktif menulis buku. Buku pelajaran. Kisah begini.
 "karena terlilit utang dan gajinya yang kecil tidak mampu membayarnya. Sang gurupun, berpikir dan terus menguras idenya. Akhirnya memilih menulis buku. Buku yang ditulisnya adalah metode mengajarnya disekolah yang menjadi catatan hariannya, walhasil. Diterbitkan dalam  buku dan royaltinyapun beliau dapatkan".  Selain itu dengan berkembanganya teknologi , beberapa guru memanfaatkan  teknologi untuk menambah penghasillannya seperti  berjualan via online, menjadi creator content (konten kreator)
Untuk itu ide adalah aset terpenting. Guru memang seharusnya kaya.
MU (Minasa Upa) Makassar
1/22/2020