Mohon tunggu...
Mentari ELart
Mentari ELart Mohon Tunggu... Administrasi - ..perempuan Indonesia

tinggal dan bekerja di Jerman.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Frankfurt Book Fair: Ketika Indonesia Menjadi Tamu Kehormatan

19 Oktober 2015   17:50 Diperbarui: 28 Juni 2017   16:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang pameran yang besar itu isinya bukan hanya buku tokh, tapi tiap sudutnya dimanfaatkan untuk kegiatan promosi budaya Indonesia. Di pojok sana ada yang main angklung, di pojok sini ada yang demo masak, di bagian lain ada diskusi.

Bumbu-bumbu Indonesia juga ada, ditata cantik di gelas-gelas kaca...

Yang kangen sama komik Indonesia juga bisa bernostalgia...

Yang paling ditunggu-tunggu pengunjung hari itu tentunya adalah interview dengan Mantan Presiden RI, pak Habibie dan Romo Magniz-Suseno. Moderatornya dari surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung, Jochen Buchsteiner, sebenarnya sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bagus, misalnya: apakah mereka optimis dengan kondisi Indonesia saat ini (berdasarkan isu: hukuman mati untuk pengedar narkoba atau presiden yang menolak minta maaf untuk peristiwa G 30 S). Tapi entah karena waktu wawancara yang sangat singkat, hingga jawaban-jawaban dari mereka kurang menggigit, dan terkesan normatif.

[caption caption="MC nya cantik, pakai syal batik"]

[/caption]

[caption caption="Romo Magniz-Suseno, FAZ, BJ Habibie"]

[/caption]

[caption caption="Di antara penonton: Dubes RI di Berlin, Bapak Fauzi Bowo, dan Konjen Franfurt, ibu Wahyu Hersetiati"]
[/caption]

Di luar stand Indonesia, ada juga restaurant Indonesia, jadi yang kangen dengan masakan Indonesia atau pengen tahu bagaimana makanan Indonesia, silahkan makan di sini. wah antriannya panjang.

Ohya, ngomong-ngomong, di pameran buku ini, buku apa sih yang sempat saya baca (walau dengan cahaya remang-remang cuaca). Ini bukunya: „Cigarette Girl“ Gadis Kretek, penulisnya Ratih Kumala yang pernah nulis novel Tabula Rasa dan difilmkan.Si Mbak Ratih Kumala ini sebenarnya juga hadir di Frankfurt Book Fair untuk bedah novel ini beberapa hari lalu, tapi saya tidak hadir. Hehehe.

Novel ini bercerita tentang 3 bersaudara yang mencari seorang peremüpuan bernama: Jeng Yah. Seorang perempuan yang namanya berkali-kali di sebutkan dalam igauan ayah mereka yang sedang sekarat. Dan nama itu tentu saja bukan nama ibu mereka, yang masih hidup dan sangat emosi tiap kali nama Jeng Yah di sebutkan. Mantan pacar ayahnya kah? Atau kekasih gelap ayahnya? Saya belum tahu, karena baru baca beberapa halaman.

Buku yang ringan, menarik, tidak membosankan, dan enak dibaca menurut saya. Tapi karena buku yang saya baca dalam versi bahasa Inggrisnya, maka ada beberapa terjemahan yang menurut saya kurang pas. Entah karena diterjemahkan kata per kata, atau karena editornya terburu-buru mengejar deadline harus dipamerkan di Frankfurt. Contohnya di halaman 9: „…, even though I from a rich family“. Apaan sih maksudnya? Ohya, mungkin dalam buku aslinya, atau kalimat lisannya seperti ini: "meskipun saya dari keluarga kaya.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun