[caption id="attachment_349549" align="alignnone" width="610" caption="foto yang beredar di media sosial (facebook)"][/caption] Baru-baru ini teredar kabar mengenai sebuah buku yang isinya cukup menggelitik, dimana dari jepretan salah satu halaman yang beredar ada tulisan yang mengijinkan melakukan ML jika sanggup. ini adalah kutipannya : “Sebetulnya wajar kok kalo pacar ngajak kamu ML. wajar juga kalo kamu ngajak pacarmu ML. Hal itu kan alamiah-naluriah. Jadi, itu justru pertanda kalo kamu dan/atau pacarmu masih punya energi buat terlibat dalam proses reproduksi, yang memang sewajarnya dimiliki oleh tiap makhluk hidup. Hal itu jadi ga wajar kalo pihak yang diajak, ato bila pihak yang diajak nglakuin itu karena ngrasa kepaksa, apapun alasannya. Jadi kalo pacarmu ngajak ML, kamu boleh aja nurutin maunya dia, kalo kamu sanggup. Artinya kamu mau nglakuin itu n kamu juga siap ngadepin akibat dari perilaku ML itu. Kalo kamu maun tapi masih ngadepin akibatnya, lebih baik ga kamu lakuin daripada kalopun dilakuin akhirnya jadi ga asik gara-gara pikiranmu n perasaanmu ga kompak. Demikian kalo kamu ngajak n pacarmu agak ragu bikin keputusan soal setuju nglakuin ato nolak ajakanmu. Jadi, daripada malah ga asik n kamu menilai pacarmu ga sungguh sayang kamu, mending stop aja. Minimal untuk saya itu. Laen kali bisa kamu coba lagi ajak dia ML, dengan harapan kesanggupannya uda lebih sip daripada sebelumnya.“ foto dari salah satu halaman ini menyebar di media sosial dan membuat geram orang-orang yang merasa mempunyai etika, bahkan di sebuah media berita, dikabarkan salah satu ustad yang belakangan doyan narsis di media, menyatakan buku ini harus ditarik. Sejauh apa sih pengaruh buku ini pada masyarakat? Menurut saya, Buku adalah buah pikiran si penulis. Perbedaan pola pikir adalah sah merupakan bagian dari keanekaragaman manusia... adalah hak seseorang untuk membagi pikirannya pada manusia lainnya dalam bentuk apapun termasuk buku.. Bahkan dalam undang-undang, kebebasan berpendapat dan mengemukakannya dalam bentuk lisan ataupun tulisan dinyatakan sebagai hak setiap waga negara. Tinggal bagaimana pembaca yang melakukan filter bagi apa yang dibacanya... dan lagipula sangat tidak mudah menjadikan sebuah buku menjadi satu buku yang wajib dibaca oleh semua orang.... kasarnya kalau gak gara2 promosi kayak gini, belum tentu buku sejenis ini bakal populer dan dibaca orang... bukan buku wajib tho? dengan adanya promosi gratis semacam ini malah membuat buku ini dicari di pasaran.. cerdaslah bangsaku... salam Widianto H. Didiet

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI