Mohon tunggu...
Mellinda RaswariJambak
Mellinda RaswariJambak Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa bahasa dan Sastra Arab UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Usaha yang Tak Berkhianat!

30 Maret 2023   18:20 Diperbarui: 30 Maret 2023   20:15 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usaha yang tak berkhianat!

“Teng! Teng! Teng!” suara jaros  (bel) di samping asrama berbunyi menggelegar, terdengar ke seluruh pondok. Seorang santriwati mengenakan setelan putih abu-abu, jilbab putih yang dibelakangnya ada lambang pondok pesantren Ummi Kalsum, dan tak lupa mengenakan pet yang menjadi kewajiban jika pergi ke sekolah,  agar jilbab tampak rapi.  Naila memukulnya dengan keras. Jaros terbuat dari besi dan dipukul dengan tongkat kecil yang di bagian atasnya ada besi, sehingga saat jaros dipukul, suaranya akan menggelegar. Sedangkan di depan asrama aku bersiap untuk menghitung, setelanku sama dengan Naila. “Ahsub hatta khomsa, waahid, istnaani, tsalaatsah, arba’ah, khomsah” teriakku dengan suaranya yang keras dan lantang sambil mengangkat tangan dan berhitung. Semua santri  bergegas keluar asrama, karena takut terlambat dan dihukum.

Aku dan Naila dipercaya untuk mengurus keamanan dan ketertiban asrama. Kami berdua selalu bersaing untuk menjadi nomor satu. Baik di sekolah maupun di asrama. Semenjak kelas satu MTS hingga ke jenjang MA sekarang, yang menjadi juara kelas dan juara umum pasti di antara kami berdua. Walaupun kami bersaing dalam hal pendidikan, kami tetap menjadi sahabat dekat. Namaku Rani, aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, ayahku seorang pedagang di Pasar.  Sedangkan Naila dari kelurga kaya atau serba berkecukupan. Ayahnya kepala sekolah di pesantren kami. Setiap ada lomba baik itu antar Sekolah atau antarkota, kami selalu dipilih untuk mengikutinya.

Ayah naila, selalu memaksanya untuk selalu dapat nomor 1 dalam segala hal. Begitu juga ibunya. Hal inilah yang menyebabkan dia tidak mau kalah dariku. Ibu dan ayahku tidak pernah memaksaku harus bisa dalam segala aspek pelajaran. Aku selalu ingat pesan ibu “Nak, kamu belajar agar bisa bermanfaat bagi orang lain, belajarlah dengan baik agar kelak kau tidak diremehkan”.  Ayah juga berpesan kepadaku bahwa semuanya itu butuh proses, tidak ada yang instan. Aku juga sangat termotivasi dengan mantra tokoh Alif Fikri dalam novel Negeri Lima Menara yaitu Man Jadda Waja. Mantra itu terus ku ulang-ulang sebagai motivasi.

Setelah menyuruh para santriwati ke sekolah dan menghukum yang terlambat. Kami berdua bergegas ke lapangan untuk mengikuti apel pagi yang dilaksanakan tiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Setelah apel pagi selesai, kami semua masuk ke kelas masing-masing dan menunggu guru masuk untuk mengajar. Aku duduk di kursi urutan nomor 3 paling depan, sedangkan naila duduk di kursi urutan  nomor 1 paling depan. Karena naila mengalami rabun jauh sehingga menyulitkannya untuk melihat papan tulis saat belajar.

Naila sangat mahir dalam segala pelajaran, kecuali bahasa arab dan inggris. Semenjak MTS aku sangat suka belajar bahasa. Hal inilah yang membuat naila iri denganku. Tapi aku juga kurang dalam memahami matematika.

“Assalamualaikum” ucap seorang wanita paruh baya di depan pintu sambil masuk kelas.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”  jawab para murid dengan serentak.

“Pagi ini kita akan melanjutkan pelajaran matematika kita ya, silakan buka buku halaman 124” ujar Bu Guru memberikan intruksi kepada kami.

Aku tidak suka pelajaran matematika, namun aku tidak mudah putus asa untuk terus belajar. Bu guru menjelaskan dan aku berusaha memahami dengan saksama. Berharap aku akan paham.

“Setelah apa yang ibu jelaskan, coba kalian kerjakan soal ini!” perintah Bu Guru kepada kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun