Mohon tunggu...
Melleni Marhamah
Melleni Marhamah Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Mahasantri

Bismillahirrahmanirrahim "Tertawa walau harus menangis, Sabar walau harus marah"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gak Punya Uang

23 September 2018   21:45 Diperbarui: 23 September 2018   22:02 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini terasa lebih dingin dibandingkan hari-hari biasanya, hujan yang tak begitu deras, ditambah desiran angin yang menerobos ventilasi kamarku melambaikan tirai tirai ungu yang kusemat di jendela dan pintu melengkapi bekunya malam itu. "brrrrrrrr ....dinginyaaaaah" gumamku sembari menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku agar lebih hangat. aku sengaja tak memakai selimut, bukan berarti aku tak punya selimut, aku hanya tak ingin tertidur sebelum menyelesaikan tugas-tugas yang harus kukumpulkan besok. sesekali mataku hampir terbuai dengan belaian lembut dari angin yang bertiup sendu bak alunan syahdu perpaduan biola dan seruling bambu, perlahan-lahan menggiringku...dan..... "brukkk"  sesuatu jatuh ke lantai suaranya terdengar seperti suara durian yang mendarat ke landasan ketika sudah matang , apa itu aku?  bukan, itu bukuku. aku tersadar seketika dan melanjutkan misi daruratku. kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul satu.  kuangkat dua kepalan tanganku setinggi-tingginya sambil setengah berteriak menyemangati diri "SEMANGAT !! AYO SEMANGAT!!" pertarungan pun dimulai, rasanya bola mataku sudah tak tahan ingin keluar  melihat sepetak layar kaca yang terus kupandangi sejak tadi.   "alhamdulillah...  akhirnya" aku bersorak gembira, setelah berjuang sampai titik penghabisan tugasku selesai juga. tak butuh waktu lama aku langsung terlelap.

adzan subuh berkumandang bagaikan alarm yang membangkitkan kesadaran, sebenarnya aku masih ingin melanjutkan tidurku. tapi jika tidak kulawan rasa malas itu  maka siaplah aku menjadi budak kemalasan. dengan mata yang terasa berat ku ambil handuk dan berjalan ke kamar mandi sembari mengepak-ngepakkan kedua tanganku seolah-olah aku sedang terbang. 10 menit kemudian, aku sudah terbungkus rapi dalam mukenahku, bersimpuh kepada yang satu.  meminta perlindungan, dan mencurahkan banyak hal.

 "ngaji nanti aja ah.... kan hari ini libur, jadi masi banyak waktu buat ngaji"  bisikan-bisikan mulai mendatangiku

 " eh ngaji aja deh....kan waktuku senggang, ngumpulin tugas juga via wa" batinku lagi. 

" duh ngaji apa enggak ya?" aku bertanya pada diri sendiri sembari mengambil Al-Qur'an dari lemari. aku memilih mengaji, aku tersenyum penuh kemenangan  membayangkan betapa kesalnya syaithan-syaithan yang gagal mempengaruhiku pagi ini. Ku awali dengan membaca al-fatihah kemudian membaca surah Al-Waqi'ah.

Selesai mengaji aku membersihkan sisa-sisa perjuanganku tadi malam yang membuat kamarku seperti capcai, buku-buku berserakkan tak karuan. hampir satu jam aku membersihkan kamar, itu membuatku lapar. merebahkan diri sekitar 5 menit untuk memulihkan energi yang terkuras saat bersih-bersih tadi sepertinya bukan pilihan buruk pikirku. belum semenit aku berbaring ponselku berdering, kuatur suaraku agar tidak serak lalu menerima panggilan masuk dari ayah tercinta


"Assalamu'alaikum ayah...." aku mengucapkan salam dengan penuh kerinduan.

"wa'alaikumussalam...gimana kabarnya... sehat?" 

"Alhamdulillah sehat yah...."

"uang apa kabar?" seketika rasa ke-anakkan(ibu = ke-ibuan, anak? ke-anakkan kan ya) muncul dalam diri ku. mengingat bayangan selembar uang berwarna hijau di dompetku. dalam hati aku menjawab "uangku tinggal dua puluh ribu yah" dengan ekpresi merana.

 tapi tanpa ragu aku menjawab " hehehe aman yah aman"

" berapa amannnya, nanti gaada uang dibilang aman" jawab ayah seolah mendengar suara hatiku saja

" masih banyak yah 200.000 lagi" jawabku "tapi kurangi 0(nol) nya satu" tambahku dalam hati sembari menggigit jari

" 200.000? masih cukup kah itu" tanya ayah agak heran

"masih cukup yah...santai..." jawabku tenang untuk meyakinkan ayah

setelah berbincang-bincang cukup banyak ayah mengakhiri perbincangan dengan menyuruhku untuk menjaga sholat, rajin mengaji, dan yang terpenting jangan lupa makan dan jaga kesehatan. karena kalau sudah sakit mau ngapain saja terasa sulit.

aku mengecek kalender "sekarang tanggal 25...ayah ngirim uang tanggal 1..." aku menarik nafas panjang "gak cukupppppppp" aku menangis tanpa air mata. tapi aku teringat dengan pesan ayah

" kalau ada masalah, berserah diri sama Allah.  apapun yang diberikan Allah itu adalah yang terbaik bagi kita, jadi jangan suudzon sama Allah"

seketika aku menepuk hatiku "Astagfirullahal'adzim, aku sudah suudzon ya Allah" aku benar-benar menyesali perbuatanku seharusnya aku menyadari diri bahwa Allah lebih tau dari segalanya. aku tidak pantas mengeluh dengan sisa uang yang kumiliki, melainkan bersyukur karena masih diizinkan memiliki.

kubaca surah at-talaq ayat 2 dan 3 kemudian membaca artinya sembari bermuhasabah "barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka akan diberikan solusi dan Allah juga memberinya rezeki yang ia terima dari arah yang tidak terduga"

aku merasa tentram  " Engkau maha kaya ya Allah"

aku bergegas memakai jaket dan kerudungku kemudian berjalan keluar menikmati segarnya udara pagi ini "subhanallah....segala puji bagi Allah", aku terus menelusuri gang sampai aku berhenti disebuah warung makan dan membeli sebungkus nasi  yang terbilang cukup murah. ya setidaknya aku bisa sedikit menghemat.kemudian aku berjalan lagi menuju toko sembako dan membeli sebungkus biskuit, aku pikir sebungkus biskuit cukup banyak jika aku makan sendirian dan juga bisa mengganjal perut ketika lapar. "bismillah, aku harus berusaha"

dua hari telah kulewati dengan uang dua puluh ribu dan kini uang itu telah habis. aku harus tabah batinku, karena guruku pernah bercerita dan mengatakan "bukan mahasiswa namanya kalau belum pernah merasakan kehabisan uang dan kelaparan" ya itu sedikit menghiburku.

sebenarnya aku masih punya uang, tapi aku meminjamkannya kepada temanku yang sedang tertimpa musibah. aku rasa dia lebih membutuhkan itu dari pada aku, namun pikiran jahatku mulai muncul "sekarang kamu  itu sedang susah, harusnya kamu itu mentingin diri sendiri dulu, baru mikir orang lain" di sisi lain pikiran baikku juga berkata "sudahlah jalani saja, Allah tak akan membiarkanmu menderita..sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"

"Ya Allah, what should i do?... sekarang baru tanggal 27 tapi uangku sudah habis"  aku mencoba tegar dan akan meminjam uang temanku besok. aku tersenyum " setiap masalah ada solusinya....gak ada uang? ya ngutang dulu" aku tertawa sendiri mendengar omonganku. surah at-Talaq ayat 2 dan 3 terus terngiang ngiang dalam sanubariku.  kini aku tak khawatir lagi," Allah Maha Pengasih Maha Penyayang"lirihku.

keesokkan harinya, seperti hari-hari biasa setelah selesai sholat subuh aku membaca surah al-waqiah. setelah selesai , kusimpan al-Qur'an yang berwarna emas itu kedalam ransel. dan  bersiap-siap  berangkat kuliah. "ting ting" suara ponselku pertanda ada pesan masuk. kubuka pesan itu "Allahu Akbar!" aku kaget bukan main, itu sms-banking yang selalu mengirim sms ketika aku melakukan transaksi, entah itu pentransferan maupun penarikkan.  sms ini memberitahukan bahwa aku menerima transferan uang dari ayah. "ya Allah Alhamdulillahhhhhh" aku merasa sangat senang sekali. kemudian ponselku berbunyi lagi, tenyata itu pesan dari ayah "uangnya sudah ayah kirim ya...beli makanan yang sehat"

aku benar-benar tersentuh tak terasa air mataku menetes begitu saja. "ya Allah sungguh indah nikmat dari-Mu, jadikanlah aku hamba yang bersyukur, jangan biarkan aku kufur".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun