Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

8 Pertimbangan Memilih Rumah Pertama

28 Juni 2021   15:39 Diperbarui: 2 Desember 2021   06:51 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rumah Pertama/Sumber: Freepik

Memiliki rumah pribadi, merupakan impian setiap orang. Apalagi bagi pasangan yang telah menikah, tentunya hal ini menjadi penyempurna kehidupan rumah tangga.

Namun, meskipun menjadi kebutuhan pokok, kepemilikan rumah saat ini masih menjadi sesuatu yang mewah, karena tingginya harga rumah.

Mencari rumah dengan harga yang terjangkau di Kota besar dan sekitarnya hampir mustahil.

"Lupakan jarak tempuh, yang penting punya rumah dulu," beberapa orang menganggap mudah.

Padahal jarak tempuh ini mempengaruhi daily cost, kesehatan dan waktu yang terbuang. Jangan sampai saat sudah mulai ditinggali, menyesal dan mengeluhkan waktu tempuh 2 jam bahkan lebih di jalan. 

Begitupula saat pulang ke rumah, harus rela sampai di rumah terlalu larut, hingga tidak sempat memiliki waktu berkualitas dengan keluarga.

Menyesal tidak menjadi solusi, sedangkan menjualnya kembali pun tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Lalu bagaimana memilih rumah yang tepat?

Berikut 8 pertimbangan yang harus diperhatikan ketika membeli rumah pertama:

1. Jarak Tempuh ke Pusat Kegiatan

Jarak tempuh ke tempat kerja atau aktivitas sehari-hari adalah hal pertama yang harus menjadi pertimbangan. Tentukan batas toleransi yang dapat kalian terima setiap hari untuk berangkat dan pulang kantor. 

Misalnya, kalian mematok 20 km dari tempat kerja, maka kalian dapat mendata beberapa wilayah yang memiliki jarak maksimal 20 km dari tempat kerja kalian (dan juga pasangan kalau bekerja).

Batas toleransi ini kalian bisa tentukan dengan mempertimbangkan kesehatan, energi yang dibutuhkan dan juga tetap mempertahankan performa kerja.

Sebagai tips, kalian bisa membuka google maps pada saat jam berangkat dan pulang kerja lalu arahkan wilayah tersebut ke tempat kerja untuk mengetahui tingkat kemacetan dari wilayah tersebut ke tempat kerja kamu, dan sebaliknya saat pulang kerja. Eliminasi wilayah-wilayah yang memiliki kemacetan tinggi dan waktu tempuh lebih lama.

Hal yang juga perlu menjadi catatan adalah rumah yang jauh dari pusat kota memang biasanya harganya lebih murah, tapi hitung total dengan biaya transportasinya juga, ya!

2. Tentukan Kendaraan

Setelah menentukan jarak tempuh, tentu perlu ditentukan pula kendaraan yang akan kalian gunakan. Apakah memiliki motor atau mobil atau akan naik kendaraan umum?

Jika kalian mengendarai motor maka hitung biaya bensinnya. Begitu pula jika kalian mengendarai mobil maka hitung bensin dan tol bila melalui tol.

Sedangkan bila kalian naik bus atau kereta maka hitung biaya harian tiketnya dan biaya lain bila kalian harus naik ojek online.

Tentukan wilayah yang memungkinkan kalian mengendarai kendaraan dengan nyaman dan dengan biaya yang paling terjangkau. Jangan sampai berat diongkos atau lelah oper kendaraan.

3. Luas Tanah dan Luas Bangunan

Siapa yang akan tinggal di rumah itu? Jumlah anggota keluarga menjadi pertimbangan penting dalam memilih rumah. Sebagai informasi ruang gerak manusia minimal adalah sekitar 9m2/orang. 

Sehingga bila diisi oleh 4 anggota keluarga maka luas bangunan minimal adalah 36m2. Eliminasi rumah yang luas bangunannya tidak sesuai dengan kebutuhan.

Jangan terlalu idealis mencari rumah yang luas dan memiliki taman yang luas pula, bila kenyataannya jarak tempuhnya terlalu jauh dari pusat kegiatan.

4. Kepribadian/ Prinsip Hidup

Ada orang yang suka rumah cluster ada pula yang tidak cocok di rumah cluster, sesuaikan dengan prinsip dan kepribadian masing-masing.

Mengapa harus cocok dengan kepribadian? Karena menempati sebuah rumah juga berari kita masuk ke suatu lingkungan dan berinteraksi sehari-hari dengan lingkungan tersebut.

Contohnya lingkungan apartemen cenderung saling tidak kenal atau bertegur sapa, lingkungan cluster masih bertegur sapa namun lebih individualis, berbeda dengan rumah non cluster yang memiliki kekeluargaan dan gotong royong lebih tinggi, namun juga lebih suka mencampuri urusan rumah tangga yang lain.

Pertimbangan lainnya adalah rumah cluster jarang dilewati makanan keliling, jauh ke warung atau minimarket, tidak bisa dengan sembarangan direnovasi, tidak bisa sembarangan membangun pagar rumah, dan aturan lainnya.

5. Kualitas Lingkungan

Saat melakukan peninjauan lokasi perlu kalian pastikan hal-hal mendasar seperti kualitas air, apakah daerah tersebut pernah banjir, apakah dekat dengan tempat pembuangan akhir, daerah pabrik yang udara atau airnya tercemar, dekat dengan tiang sutet atau terlalu terpencil jauh dari jalan raya.

Perhatikan pula akses jalannya. Jika masuk ke gang gang sempit, susah menemukan alamatnya atau jarang ada transportasi umum, maka pertimbangkanlah kembali, apakah nyaman dan aman bila Istri atau anak harus pulang malam dan melalui akses tersebut.

6. Kualitas Bangunan

Carilah informasi tentang kualitas bangunan. Misalnya perbedaan batu bata merah dan batako, jenis kayu, jenis material cat, keramik dan lainnya.

Penting sekali untuk datang langsung ke lokasi dan melihat hasil pengerjaan bangunan rumah yang telah jadi maupun rumah contoh. 

Apakah pengerjaannya rapi? Apakah bangunan terlihat kokoh? Serta material yang digunakan berkualitas? Eliminasi rumah yang kualitas bahan bangunannya tidak seperti harapan.

7. Kredibilitas Pengembang Perumahan

Sumber: sireng.pu.go.id
Sumber: sireng.pu.go.id
Bila kalian membeli dari pengembang perumahan, apalagi statusnya indent maka wajib kalian menelusuri kredibilitas pengembang. Jika mereka pengembang besar dan ternama maka tidak perlu dikhuatirkan lagi. 

Namun bila namanya masih asing, maka tanyakan sudah berapa lama pengembang tersebut berdiri, serta proyek apa saja yang telah diselesaikan.

Kalian juga bisa melacak nama pengembang tersebut melalui Website yang telah disediakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yaitu sireng.pu.go.id

Masih ragu? tanyakan Bank apa saja yang bekerja sama untuk bisa KPR kepemilikan rumah tersebut. Bila bekerja sama dengan Bank besar dan ternama maka tidak perlu kalian kuatirkan lagi legalitasnya.

8. Bentuk/Tipe Rumah

Sekarang banyak sekali tipe rumah. Ada rumah tapak, rumah susun (apartemen), aparthouse dan condovilla. Semua bisa menjadi pilihan, tergantung kesepakatan dan kenyamanan kalian dengan pasangan.

Aparthouse sendiri merupakan tipe rumah tapak dengan luasan tanah minim, biasanya kurang dari 30m2, namun bertingkat hingga 2 atau 3 lantai. Konsep ini mengadopsi dan menggabungkan bentuk rumah dan apartemen. 

Kelebihannya meskipun kecil aparthouse memiliki kepemilikan atas tanah pribadi.

Sedangkan condovilla secara tampilan dan konsep sama dengan apartemen, karena sistem kepemilikannya adalah tanah bersama. 

Namun tinggi lantainya tidak setinggi apartemen pada umumnya, yaitu rata-rata 5 lantai saja. Condovilla juga memiliki fasilitas yang lengkap.

Namun dari semua daftar pertimbangan diatas, yang perlu kalian pastikan juga adalah kondisi keuangan, komitmen dan kesiapan kalian bersama pasangan untuk membeli rumah, apalagi jika menggunakan sistem KPR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun