Mohon tunggu...
Melin Tri Murti 190402080017
Melin Tri Murti 190402080017 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Unikama

Pelajar di salah satu Universitas di Malang Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tragedi Malam Menjelang Natal di Musim Dingin Riverview Drive

1 Desember 2020   21:59 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:06 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hi, aku Smith. Untuk lengkapnya kau bisa memanggilku William John Smith. Aku adalah seorang pemuda lajang berusia 24 tahun yang berasal dari Negri dimana Ratu Elizabeth memerintah dengan anggunya. Saat ini aku tengah berada di negri paman Sam untuk mencoba peruntunganku. Seorang pemain golf favoritku, Jack Nicklaus mengatakan “Selalu ada tempat baru untuk memancing. Untuk setiap Nelayan, akan selalu ada tempat baru dan cakrawala baru.” Itulah yang menjadi motivasiku untuk pergi meninggalkan negri kelahiranku.  Aku percaya bahwa untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar seorang pria harus pergi ke tempat yang lain.

Sudah sebulan aku berkerja sebagai seorang akuntan untuk sebuah Department Store yang cukup terkenal di Kota New Jersey. Sebuah pekerjaan dengan prospek yang lumayan untuk seorang pemula sepertiku. Aku tak bekerja sendirian, ada sahabat karibku George yang satu tim denganku. Umur George lebih tua setahun dariku. Dia sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Dia adalah pribadi yang baik dan jujur serta selalu setia membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan yang seakan-akan bisa membunuh kami berdua apabila tak kami kerjakan bersama.  Namun sudah beberapa hari ini Geroge tak Nampak batang hidungnya di tempat kerja. Dari kabar yang kuterima, ia mengambil cuti lebih awal karena sakit.

“Dasar George, bisa bisanya dia sakit di awal musim dingin seperti ini,” Keluhku.

Aku harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat membuat penat tubuh dan pikiran seorang diri. Pekerjaan yang menumpuk ini diakibatkan oleh angka penjualan di Department Store kami yang terus meningkat semenjak awal musim dingin karena dekat dengan perayaan Natal dan tahun baru. Namun, dengan kegigihan dan kemampuanku yang cukup hebat aku bisa menyelesaikan semua itu seorang diri walaupun harus mengorbankan sedikit kewarasanku untuk itu. Setelahnya aku mengambil cuti liburku dan berencana untuk menjenguk George sembari merayakan Natal bersama dengannya.

Musim dingin, 23 Desember 2017 pukul 07.00 malam  waktu setempat aku berangkat menuju ke kediaman George, dia dan aku tinggal di dua tempat yang berbeda. Tempat tinggalku berada di Cambridge Drive, North Caldwell, New Jersey, hanya sekitar 7 menit dari tempat kami berkerja. Sementara rumah George berada di daerah Carlisle Aveneue, Patterson, New Jersey, sekitar 2 jam perjalanan menggunakan kereta dan10 menit apabila melewati jalan tol dengan kecepatan rata-rata 100 Km/jam. 

Awalnya aku berencana berangkat saat siang hari, namun ada beberapa masalah pada mobilku yang mengharuskanku untuk menaruhnya di bengkel reparasi, ditambah, dengan waktu yang kuhabiskan cukup lama untuk berbelanja keperluan menyambut Natal di rumah George nanti. Setelah menghabiskan waktu yang sangat lama dengan ini dan itu, petang itu aku memutuskan untuk mengambil lajur yang tak biasa, aku ingin berkendara melewati Riverview Drive. Seperti kata pemain golf favoritku “Untuk setiap Nelayan, akan selalu ada tempat baru dan cakrawala baru.”. Mungkin saja aku akan menemukan sesuatu yang baru ketika melewati jalanan tersebut.

Ku pacu mobilku menyusuri jalanan bersalju seorang diri. Suasana Natal yang tak lama lagi tiba sudah bisa kurasakan dari banyaknya ornament-ornamen, lagu-lagu Natal dan pohon cemara khas Natal yang menghiasi setiap sudut kota yang kulewati.

“Aaah, sungguh Natal yang indah” bisikku sambal tersenyum tipis.

Ada kerinduan dalam hati akan kehangatan Natal di kampung halamanku, namun padatnya jam kerja ditambah cuti Natal yang diperpendek seakan memaksaku untuk tetap berada di negri orang. Mau tidak mau aku harus dapat menahan rindu kepada keluargaku disana sampai cuti Natal tahun mendatang. Setelah 30 menit lamanya, kota yang padat dengan hiruk pikuknya persiapan Natal lambat laun berganti dengan jalanan kecil yang sepi. Jalanan berliku dengan aspal yang mengkilap dan licin karena dinginnya hawa diluar. Pohon pohon Natal sudah tak lagi terlihat digantikan dengan pemandangan pohon ek dan maple yang rimbun di kiri dan kanan jalan. Daun berwarna warni yang menari di hembus angin musim dingin seolah menyambutku.

Untuk mengusir sepi, aku menyalakan radio dan mulai mencari acara musik yang biasa mengudara pada malam hari. Setelah cukup lama jemari ini menekan tombol  untuk mencari frekuensi yang tepat akhirnya kutemukan juga apa yang kucari. Volume kunaikan untuk menikmati music yang tersaji. Tak berselang lama tiba-tiba terjadi gangguan pada frekuensi radio mobilku. Musik yang tadi kudengarkan berganti menjadi suara yang tak jelas dan mengganggu lalu pada akhirnya mati dan taka da lagi suara lagi yang terdengar. Sekejap kemudian kabut mulai turun. Bersamaan dengan kabut itu hawa diluar semakin dingin hingga sanggup menciptakan lapisan es tipis di kaca mobilku. Jalanan yang tadinya nampak jelas sekarang menjadi samar terhalang kabut. Ada hal yang terasa aneh bagiku, entah apa itu aku merasa ada sesuatu yang janggal, yang turut hadir bersamaan dengan kabut yang kian pekat itu.

Jalanan kini semakin sunyi, bahkan terlalu sunyi bagiku. Tak ada tanda tanda kehidupan diluar sana, yang bisa terdengar kini hanya suara nafasku sendiri. Semakin lama suasana semakin mencekam, ditambah dengan hawa dingin yang semakin terasa tak biasa. Seolah olah rasa hangat dan kebahagiaan sirna tertelan oleh gelap dan dinginnya hawa diluar sana. Pedal gas ku injak sedikit lebih dalam agar aku bisa segera keluar dari jalanan itu, namun naas, mobil yang kukendarai malah hilang kendali karena jalanan yang licin. Kucoba sebisa mungkin untuk tetap tenang dan mengendalikan mobilku agar tak menabrak sisi jalanan. Ternyata takdir berkata lain, mobilku menabrak pembatas jalan dengan keras dan membuatku tak sadarkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun