Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karena Bahasa

16 Maret 2023   21:19 Diperbarui: 16 Maret 2023   21:25 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mangan dulu, Bu," ucap bu Darmi kepada kami. Aku melongo. Entah apa maksud ucapan itu. Bu Tanti seakan mengerti kebingungan yang sedang aku hadapi.

"Ayo, Bu. Enggak enak kita sudah disuruh makan. Nanti kita lanjutin lagi," ujar bu Tanti berdiri kembali. Oh, ternyata 'mangan' itu artinya makan. Aduh, kok bahasa mudah kayak gitu aja aku enggak ngerti. Pokoknya aku harus bisa bahasa Jawa, tekadku.

Kejadian di rumah bu Darmi membekas di pikiranku. Sepanjang perjalanan aku mencari cara untuk mengerti dengan cepat bahasa Jawa. Apakah aku harus menarik ucapanku kepada mas Budi. Ah, tensin aku.

Setelah pulang dari rumah bu Darmi, aku segera mencuci kaki dan tanganku, lalu kuambil gawaiku dan kuketik 'kamus bahasa Jawa' di sana. Aku menemukan situs Wiktionary.org di sana. Saat ini bagiku menemukan kamus bahasa Jawa adalah sesuatu yang sangat berharga. Sepertinya, aku tidak akan dibohongi lagi oleh mas Budi. Aku pun akan mengerti maksud pembicaraan orang lain, yang isinya mungkin saja mengejekku.

Aku mulai membaca kata yang diawali dari huruf 'a'. Beberapa kata terdengar umum di telingaku. Ada beberapa kata yang menurutku harus kuingat dan kuberi stabilo hijau padanya. Aku tersenyum membayangkan mas Budi yang akan terkejut mendengar aku memakai bahasa Jawa.

"Mulih omah kok maen hape toh, Bu," omel mas Budi. Langsung saja kucari kata 'mulih' di kamus. Aku tersenyum, aman. Mas Budi tidak mencelaku.

"Adus sono, mambu embek," omelnya kembali. Aku segera mencari kata 'adus' di kamus. Oh, kali ini mas Budi sedikit menyindirku. Kudekati mas Budi sambil tetap tersenyum.

"Mambu asem gini Mas tetap tresno podo aku toh?" balasku sambil mendekatkan tubuhku kepada lelaki itu. Kubiarkan ketiak bauku menyebarkan aroma 'sedap' kepada mas Budi. Sambil menutup hidungnya, kulihat wajah lelaki itu tampak kaget mendengar kalimat yang kuucapkan.

"Wow, apik tenan boso Jowonyo, Bu!" serunya sambil bertepuk tangan. Aku mendengus kesal, mas Budi seakan mengejekku kembali.

"Cup ... ojo nesu tho, Bu," bujuk mas Budi, yang tiba-tiba menggendongku ke kasur.

"Apa, Mas ngatain aku 'asu'!" teriakku kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun