“Hah percuma aku nangis, awan gak bakal datang menemuiku sekarang, seandainya kamu ada disini wan menemani ku, seperti biasanya. Ucap embun
“ ko mendung si, eh hujan lagi..!”
Alam pun seakan mengerti kesedihan yang dialami oleh embun dengan cara menurunkan hujan. Embun menjalani hari-hari nya seperti biasa, seperti kuliah, mengerjakan tugas, serta membaca buku diperustakaan dengan sendiri tanpa ditemani awan seperti biasa.
“Wan kamu suka banget ilang yah, sampai-sampai aku terbiasa dengan kesendirian ini tanpa kamu, sudah seminggu loh wan kamu gaada kabar, bahkan pihak keluarga kamu pun gak tahu kemana” unek-unek embun terus terucapkan
“nut, nut, nut,” hp embun bergetar menandakan ada suara panggilan masuk
Eh, akhirnya nomor awan aktif dan nelpon baik. Yeeay, sorak embun hingga kegirangan, sampai-sampai dia gak sadar bahwa dia lagi diperustakaan yang dominan nya gak boleh ada orang berisik.
“Halo, wan kamu kemana aja si?” dengan penuh semangat embun mengangkat telepon dari nomor awan tanpa mengijinkan si pemilik nomor bicara duluan
“Iyaa halo, ini siapa ya?” suara pada panggilan
“lah ko suara cewek?” ucap embun dengan heran
“iya maaf saya, Tante dari awan” suara tangis terdengar dari telepon
“Oh Tante nya awan, kalo gitu maaf ya Tan”