Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Djani (Babak 1)

1 Desember 2020   12:02 Diperbarui: 30 Maret 2021   21:21 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Untuk Djani yang beritanya hidup dengan baik-laik, semoga surat ini bertengger pada kotak pos yang tepat. Jatuh ke dalam kotak pos tetanggamu pun tidak apa, asal tetap tanganmu mencium nama "Djani" pada pinggir atas amplopnya.

Kawanku Djani yang baik hatinya, sudilah kiranya beberapa helai kabar yang menetes pada kertas ini kau baca. Barangkali ada nasihat yang ingin kau kirim setelah melihatku tidak sebaik yang seharusnya. 

Ataupun bila ada satu dua kata yang kau suka, bisalah kau daku kata itu sebagai milikmu untuk kau gunakan bicara dengan kawanmu nanti.
Bila nantinya surat ini harus mampir ke mata orang-orang selain daripadamu, aku senang-senang saja sebab mungkin akan ada beberapa doaku yang jatuh berguguran untuk mereka pula.

Namun barangkali ada satu dua aib yang mereka curiga kau punyai, tentu itu bukan tanggung jawabku. Sebab amplop yang terekat lem ini cukup jadi alasan bahwa hanya namamulah yang patut kumintai tolong membukakan.

Djani, tidak sedikitpun aku punya mau untuk kau anggap guru, tetapi aku hanya ingin sebentar saja memenuhi inginmu untuk mengatakan satu dua patah kata yang menurutku sudah kau tahu, tapi kau lupa karena alasan yang tak kutahu.

Semoga tidak, Djani. Aku pernah mendengar ceritamu tentang istrimu yang cantik dan ketiga anakmu yang terdidik. Aku pernah mendengar, tentang bahteramu yang sudah mirip bahtera Nuh tetapi memberikan dermaga bagi kapal-kapal kecil yang katanya anak-anak dari kapal-kapal besar yang karam, Djani.

Sekalipun betul kau sediakan dermaga, Djani, semoga itu hanya kapal, bukan kapal-kapal seperti yang kudengar. 

Tidakkah sudah habis terkuras jiwa istrimu untuk mengecat warna kapalmu yang besar dan luas? Tidakkah indah sudah bahteramu yang dihiasi tiga puteri yang tahu diri? 

Djani, kau harus tahu bahwa bahteramu hanyalah pengantar. Kapal-kapal kecil akan pergi dan kau hanya akan berlabuh membawa istri dan anak-anakmu.

Waktu mana yang kau sempatkan untuk melihat apakah kapal-kapal kecil itu sudah terparkir dengan betul? Waktu mana yang kau sisihkan demi menengok bagaimana penghuni kapal-kapal kecil makan dengan benar? 

Sungguh bodoh bila betul kau lakukan itu, Djani. Singgahlah sebentar pada gubukku jika kau bingung, Djani, bila kau bingung apakah warna-warna kecil pada badan kapal-kapal itu dapat melunasi keinginanmu untuk berlayar lebih jauh karena matamu tidak akan mudah suntuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun