Mohon tunggu...
Melania Fidela Ghaida
Melania Fidela Ghaida Mohon Tunggu... Pengacara - Paralegal, Researcher, dan Pegiat HAM

Seorang paralegal yang juga merangkap sebagai aktivis HAM. Pemerhati isu hukum perang internasional sekaligus researcher dan alumni di Departemen Hukum Internasional - Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Juga pernah mengepalai divisi Akademik dan Riset Hima Internasional FH Unpad dan menjadi Asisten Editor Padjadjaran Journal of International Law (PJIL).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kost Ujung Kali Ciliwung

18 Oktober 2023   20:55 Diperbarui: 18 Oktober 2023   21:03 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di perusahaan asing mas."

"Wah... hebat sekali mba. Tidak kaya saya ya hehe..."

"Yah.. saya bersyukur saja mas. Tapi di antara kita tidak ada yang lebih tinggi nilainya, semua sama saja. Hidup itu sangat sempit kalau cuma dilihat dari status pendidikan atau pekerjaan. Hidup itu lebih dari sekedar gaji bulanan atau profesi. Ad maiora natus sum, katanya."

"Wah saya ga paham bahasa Inggris mba, artinya apa ya?"

"Itu bahasa Latin mas. Artinya 'aku dilahirkan untuk hal-hal besar'. Lakoni saja apa yang sedang mas kerjakan, karena arti hidup mas sendiri lebih besar dari hanya sekedar pekerjaan yang sedang mas lakoni."

"Keren sekali mba, akan saya ingat ya mba. Terimakasih banyak ya" Kataku sambil tersenyum. Aku tak menyangka aku baru saja membicarakan hal penting bersama orang penting. Ibuku di desa pasti akan bangga denganku.


              Mba itu sendiri pamit masuk kembali ke kamarnya setelah mengisi gelasnya yang kosong dengan air mineral. Aku mempersilahkannya pergi. Tapi aku benar-benar tak menyangka itu adalah kali terakhir aku berbicara dengannya.

              Aku menemukan tubuhnya tergeletak di kamar mandi dengan urat nadi yang putus beserta gumpalan daging dan darah di kloset duduk sebelahnya. Setelah berteriak memanggil teman-temanku sesama penjaga kost, siang itu ada banyak polisi yang silih berganti lalu-lalang memasuki kamar sempit ini. Para warga datang berkerumun di luar. Para penghuni kosan lainnya yang biasanya setelah pulang segera masuk ke kamar masing-masing, kali ini tertahan di pintu luar dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

              Aku melihat penghuni kamar B2 yang letak kamarnya berada persis di depan kamar wanita muda itu, menerobos petugas dan menghampiri mayat pucat itu. Laki-laki itu berteriak dan menangis, seolah tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat di hadapannya...

              Kini aku mengerti apa yang telah terjadi diantara keduanya.

              Kini aku paham apa yang dirasakan wanita C2 itu dan segala kegundahannya...

              Ad maiora natus sum. Lantas kenapa dia harus mengakhiri hidupnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun