Mohon tunggu...
Melani Kurnia Riswati
Melani Kurnia Riswati Mohon Tunggu... Penulis - Humas Ahli Muda Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN

Menyenangi kegiatan alam bebas, membaca dan menulis. Edukator dan pendamping komunitas lingkungan. Saat ini bertugas sebagai Humas Ahli Muda BRIN.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Enzim Lipase, Antara Peluang dan Tantangan dalam Mendukung Industri

17 Juni 2023   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2023   21:17 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai pemanfaatan enzim lipase bagi saat ini. Sumber : Bahan presentasi 

Dalam rentang panjang peradaban manusia, enzim sebenarnya bukanlah hal baru. Sejak zaman prasejarah, manusia telah memanfaatkan enzim untuk memenuhi kebutuhannya. Alkohol, roti, asam cuka dan keju menjadi produk fermentasi yang memanfaatkan kehadirannya.

Adalah Payen dan Persoz yang memperkenalkan teknologi enzim modern pada abad ke-18. Mereka berhasil mengisolasi diastase dari biji barley yang dikecambahkan. Adanya diastase itulah sehingga dapat mengubah pati yang tergelatinisasi menjadi gula-gula sederhana seperti maltosa.

Istilah katalis mulai diperkenalkan Berzelius pada 1815.  Sebutan bagi zat-zat yang dapat mempercepat reaksi, namun zat itu sendiri tak ikut bereaksi. Pengujiannya berhasil membuktikan ekstrak malt yang mampu memecah pati secara efisien tanpa menggunakan asam sulfat.

Tahun 1907 Eduard Buchner,  seorang ilmuwan Jerman berhasil memperoleh Nobel bidang kimia. Sederet penemuannya, mengungkap kemampuan ekstrak ragi untuk fermentasi gula. Meskipun  tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Enzim yang melakukan fermentasi sukrosa tersebut kemudian diberinya nama zimase. 

Mengacu pada jejak Buchner yang menamakan enzim sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzim tersebut, akhiran ase melekat pada nama substratnya. Seperti laktase yang berarti enzim pengurai laktosa.


Pesatnya penguasaan teknologi enzim telah memberikan banyak manfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.  Hasil riset telah membuktikan bila enzim memiliki banyak keunggulan dibandingkan katalis kimia. Berbagai produk dari industri telah banyak mendapat manfaat. Potensi ekonomi tentu menjadi peluang bagi pengembangannya.

Dalam sistem kehidupan, enzim telah diakui memiliki peran sebagai biokatalisator. Yakni senyawa yang membantu mempercepat suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan permanen. Prosesnya berlangsung  efisien dan spesifik.

Struktur 3 dimensi enzim lipase. Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly
Struktur 3 dimensi enzim lipase. Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly

Dalam tubuh manusia enzim dapat diibaratkan sebagai pekerja dalam membentuk tubuh dengan bahan bangunannya berupa nutrisi. Berbagai reaksi biokimia yang berlangsung  di dalam sel mikroorganisme, tanaman, hewan dan manusia terjadi lantaran enzim. 

Enzimologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari struktur, fungsi dan sifat-sifat enzim. Disiplin ilmu ini umum dipelajari dalam bidang kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan dan cabang ilmu dalam dunia pertanian. Untuk menyebarluaskan berbagai hasil riset berbasis mikroorganisme, Pusat Riset Mikrobiologi Terapan -- BRIN rutin menyelenggarakan webinar bulanan.

Mengusung tema "Immobilized Thermostable Lipase as a Biocatalyst in Transesterification Reaction"  Pusat Riset Mikrobiologi Terapan -- BRIN menggelar webinar episode ke-18, pada Kamis (15/6).   Menampilkan Dr. Titin Haryati sebagai narasumber dari Kelompok Riset Rekayasa Enzim Ekstremofilik , Pusat Riset Mikrobiologi Terapan. 

Sharing knowledge ini  tak hanya menjadi ruang bagi para peneliti untuk berdiskusi, namun dapat diikuti oleh masyarakat umum. Sehingga menjadi wahana dalam memasyarakatkan iptek dan memberikan gambaran aktivitas riset kekinian.

 

Sesi diskusi saat webinar . Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Sesi diskusi saat webinar . Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati

Apa Itu Lipase?

Enzim lipase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis senyawa trigliserida menjadi asam lemak. Proses ini berlangsung pada lingkungan air. Sebaliknya, pada lingkungan tanpa air atau minim air, lipase bekerja pada reaksi sintesis. 

Mewakili Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, dalam sambutannya saat membuka acara, Dr. Ario Betha Juanssilfero, M.Sc. menegaskan bila riset lipase sebagai upaya dukungan terhadap agenda pemerintah berkaitan dengan program biodiesel. Dalam rangka riset dan pencapaian targetnya, kolaborasi menjadi hal yang sangat penting.

Secara terpisah, Kepala Pusat Mikrobiologi Terapan, Dr. Ahmad Fathoni M.Eng. memberikan keterangan bahwa terdapat 12 enzim yang menjadi target untuk dapat diciptakan hingga sampai pada tataran industri. Dan kegiatan rekayasa menjadi area riset bagi pengembangan enzim lipase.

Dalam paparannya, Dr. Titin Haryati mengungkap bila secara komersial lipase bakteri ini banyak diaplikasikan sebagai biokatalis industri. Penerapannya seperti  pada  industri medis, makanan, bioremidiasi, kosmetika, industri kertas dan biodiesel. Bahkan saat ini, berkat teknologi DNA rekombinan lipase dalam industri enzim telah pula di produksi.

Pada akhir paparannya, Titin menjelaskan bila dalam prosesnya kendala utama yang dihadapi adalah waktu produksi yang lama dan dapat disiasati dengan meningkatkan suhu untuk mempercepat produksi atau reaksi. Selain itu, tingginya biaya produksi dalam penggunaan enzim sebagai biokatalis, bisa disiasati dengan penggunaan enzim amobil sehingga stabil pada pemakaian berulang.

Pemanfaatan enzim untuk industri, telah pula di ungkap periset dalam webinar episode sebelumnya. Dr. Ika Rahmatul Layly, S.Si, M.Si,MP dari Kelompok Riset Enzim Untuk Bioenergi telah melakukan pengaplikasian enzim lipase Bacillus velezensis mlp 2 untuk modifikasi permukaan pada kain poliester.

Bakteri Bacillus velezensis (perbesaran 400x) Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly
Bakteri Bacillus velezensis (perbesaran 400x) Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly
 

"Poliester memiliki berbagai keunggulan seperti tidak mudah kusut, kuat, mudah dibentuk dan mudah dibersihkan menjadikannya banyak dimanfaatkan terutama dalam industri tekstil. Namun sayangnya, kurang nyaman digunakan karena sifat poliester yang tidak menyukai air. Riset ini berupaya memodifikasi sifat material yang hidrofobik (tak suka air) menjadi hidrofilik (suka air)". Ujar nya.

Ika bahkan mengungkap proyeksi pasar global enzim yang mencapai $ 17,4 milyar hingga 2027. Hal ini tentu menjadi peluang untuk memproduksi secara massal.

Media produksi enzim lipase skala laboratorium. Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly
Media produksi enzim lipase skala laboratorium. Foto dokumentasi : Dr. Ika R. Layly

Namun dalam perspektif hilirisasi, menjadi sebuah tantangan bagi periset untuk mempersembahkan hasil kegiatan laboratorium untuk diaplikasikan dalam skala besar demi mengakomodir kebutuhan industri. (MKR)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun