Mohon tunggu...
Mela Meldiana
Mela Meldiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Meldiiiiiiii

Ruang teman

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketertarikan dan Keresahan

30 Oktober 2022   09:40 Diperbarui: 30 Oktober 2022   09:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa yang saya dapatkan dari pengalaman menjadi relawan, mengikuti pengabdian, mengajar sekolah dasar dan tentunya pengalaman menjadi seorang anak menimbulkan suatu ketertarikan dan juga keresahan terhadap anak-anak.

Psikolog anak, hal yang kini sering muncul dalam pikiran. Entah mengapa sepertinya menarik untuk dipelajari. Dunia anak-anak yang bahkan sudah kita jelami rasanya masih asing dan ingin mendalami. Bagaimana mereka berfikir, mencerna perkataan yang dilontarkan orang lain, cara mereka bertindak, kesehatannya baik itu fisik maupun mental dan segala sesuatu yang berkaitan dengan mereka akhir-akhir ini menjadi viral di dalam pikiran. Tak hanya ingin mempelajari tapi juga timbul rasa ingin terus berinteraksi dan memahami apa yang mereka butuhkan.

Kadang sering berfikir dengan orang-orang yang menikah hanya bermodalkan cinta dan materi, tanpa mempersiapkan mental dan ilmu. Bukankah setiap ibadah itu membutuhkan ilmu untuk menjalankannya tak terkecuali pernikahan. Lantas mengapa Sebagian orang mengesampingkan itu, dan yang menjadi korban salah satunya "anak". Untuk mengoperasikan suatu perangkat saja perlu latihan dan tahu ilmunya, untuk menjadi seorang guru ada trainingnya, namun ketika kita mengelola anak tidak pernah belajar, maka yang terjadi kita menggunakan 2 cara. Yang pertama, anak kesatu jadi korban uji coba dan yang kedua warisan. Seseorang mendidik anak sebagaimana orang tua mendidiknya, sehingga 99% orang tua yang pernah dipukul dan di cubit pasti akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya meskipun ia tahu itu teori yang salah.

Seorang anak itu punya otak dan pikiran yang masih kosong yang perlu orang tuanya isi dengan hal-hal positif. Bahkan saya berfikir jika semua anak akan pintar jika dididik oleh orang tua yang benar. Jika ada anak yang kurang pintar maka yang salah bukan anaknya tapi pengajaran orang tuanya.

Coba pikirkan betapa banyak anak-anak yang sekarang dididik oleh orang tua yang salah? Bagaimana keadaan mereka?

Saya sering miris ketika melihat para orang tua yang mendidik anak seenaknya. Bermain fisik menjadi dalih untuk memberikan efek jera terhadap anak, bukannya jera bermain fisik berlebihan memberikan trauma berkepanjangan.

Dari segala keresahan yang saya rasakan, muncul sebuah pertanyaan. Bagaimana caranya agar semua orang tua tau cara mendidik anak yang benar? Dan bagaimana caranya setiap orang tua mengetahui tidak hanya Kesehatan fisik namun juga Kesehatan mental anak-anaknya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun