Mohon tunggu...
Meita Rohmatina
Meita Rohmatina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

infj female

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Anak Sekolah Dasar

9 Desember 2022   10:44 Diperbarui: 9 Desember 2022   11:54 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah dasar merupakan jenjang pertama pendidikan formal di Indonesia. Pada jenjang inilah bibit-bibit generasi bangsa mulai ditanam, mereka harus disirami dan dipupuk oleh ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang luhur agar tumbuh menjadi insan yang cemerlang, karena ditangannya masa depan bangsa dan negara dipertaruhkan. Pendidikan ini dienyam selama 6 tahun, pada rentang usia 7-12 tahun. 

Pada masa itu bisa dikatakan masa golden age untuk mendapatkan pendidikan, karena pikiran dan hati anak yang masih bersih, sehingga untuk mendidiknya dibutuhkan perhatian khusus. Pada usia yang belia ini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya. 

Pada masa ini seluruh potensi anak harus dikembangkan semaksimal mungkin untuk menunjang tujuan dan karirnya di masa depan. Sebuah tantangan bagi para guru dalam membimbing anak-anak pada usia ini, tentunya dunia mereka adalah bermain, melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, selalu ingin diperhatikan, mudah menangis, tetapi sifat-sifat itu adalah sifat alami seorang anak.  Sehingga diperlukannya kematangan bagi guru dan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan serta melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar. 

Dalam mendidik anak sekolah dasar perlu memperhatikan karakteristik  perkembangan setiap peserta didik, sehingga guru dapat mengetahui kebutuhan dan metode pengajaran yang tepat bagi peserta didik. Anak sekolah dasar berada pada masa kanak-kanak tengah, karena pada usia ini adanya peralihan dari masa kanak-kanak awal menuju masa kanak-kanak akhir. 

Pada masa ini anak akan mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan tersebut merujuk kepada perubahan-perubahan yang terjadi pada individu baik yang terlihat secara fisik maupun tidak untuk mencapai kedewasaan. Seorang anak melewati perkembangan yang berbeda-beda, hal itu diakibatkan oleh latar belakang, budaya, sosial, norma yang dianut, dan faktor lainnya. Tahapan perkembangan anak SD dapat dibagi menjadi, perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosio-emosional, perkembangan moral keagamaan, dan perkembangan bahasa.

Perkembangan fisik dan motorik 


Perkembangan ini ditandai dengan perubahan fisik yang akan memengaruhi gerak motoriknya. seperti perubahan tinggi dan berat badan anak. Anak menjadi lebih aktif dalam melakukan aktivitas fisik seperti berlari, melompat, dan memanjat. Perkembangan fisik antara anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Biasanya pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki lebih unggul daripada anak perempuan, namun dalam segi berpikir anak perempuan justru lebih mahir. Anak perempuan mengalami pertumbuhan yang signifikan di akhir kelas 4 yang ditandai dengan kaki dan lengan yang lebih berisi, sedangkan anak laki-laki mengalami lonjakan pertumbuhannya di usia sebelas tahunan. 

Pada saat pubertas, anak perempuan akan mengalami menstruasi di rentang usia 12-13 tahun, sedangkan laki-laki mengalami reaksi ejakulasi di rentang usia 13-16 tahun. Pada masa pubertas tersebut perkembangan fisik anak akan semakin terlihat dan mulai bereproduksi. Tetapi dalam masa pubertas ini dialami oleh siswa pada masa yang berbeda-beda, namun tetap dalam tahapan yang sama. Biasanya masa pubertas anak laki-laki lebih lambat 1,5-2 tahun dibanding anak perempuan. Untuk perkembangan motorik anak, terlihat dari adanya pertumbuhan otot dan tulang yang semakin kuat serta kemampuan gerak yang semakin aktif. Perkembangan motorik anak dapat dibagi menjadi, motorik halus dan motorik kasar. Kemampuan motorik ini dapat dilatih dengan berolahraga, menggambar, menulis, dan keterampilan lainnya.  Perkembangan fisik dan motorik ini dapat memengaruhi rasa kepercayaan diri anak yang berdampak terhadap kepribadian, emosi, dan kehidupan sosialnya.

Perkembangan kognitif 

Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan kognitif. Kemampuan ini merupakan kemampuan siswa dalam berpikir, yang meliputi kemampuan dalam menghafal, memecahkan masalah, serta mengambil keputusan. Tentunya cara berpikir anak SD dalam mengamati dan memahami peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya berbeda dengan cara berpikir orang dewasa. Perkembangan ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Piaget (1964), bahwa manusia mengalami 4 tahap perkembangan kognitif yaitu:

  • Tahap sensomotorik. Tahap ini terjadi pada rentang usia 0-2 tahun, pada tahap ini bayi melakukan aktivitas-aktivitas refleks bawaan lahir dalam mengeksplor hal- hal yang terjadi di sekitarnya.
  • Tahap praoperasional. Tahap ini terjadi pada rentang usia 2-7 tahun, pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan kata-kata dan gambaran untuk  mempresentasikan objek yang terjadi di sekitarnya,
  • Tahap operasional konkret. Tahap ini terjadi pada rentang usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak  mulai berpikir secara logis dengan objek yang terlihat nyata (konkret).
  • Tahap operasional formal. Tahap ini terjadi pada rentang usia 12-15 tahun, pada
    tahap ini anak mulai berpikir secara abstrak dan mampu menggunakan logikanya dalam menyelesaikan persoalan dan menarik kesimpulan.

Anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, yaitu anak mulai menggunakan logikanya sehingga mampu berpikir secara logis menggunakan suatu hal yang bersifat konkret. Pada fase ini seorang guru harus menciptakan pembelajaran yang didukung oleh penglogikaan melalui hal- hal yang konkret (Hayati et al, 2021).

Perkembangan sosio-emosional

Menurut teori Erikson, seorang anak SD mengalami perkembangan sosialnya pada rentang usia 6-12 tahun, yaitu tahap berkarya versus perasaan rendah diri. Siswa mulai menyadari adanya perbedaan antara kelebihan, kekurangan, serta keunikan dirinya dengan orang lain. Pada masa ini anak akan mengurangi ketergantungannya terhadap keluarga, dan mulai membuat konsep diri di lingkungan sosialnya. 

Anak cenderung menghabiskan waktunya dalam pergaulan dengan teman sebayanya, hal itu terbukti bahwa anak sangat suka bermain dan membicarakan lingkungan sosialnya. Sehingga pada masa perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya, karena anak menerima informasi dan belajar banyak hal di luar lingkungan keluarganya. Pada masa ini juga anak mulai mengekspresikan dirinya dengan menghasilkan karya dan meraih prestasi. Tugas guru pada perkembangan ini adalah menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan semangat dalam berkarya sesuai dengan potensi masing-masing siswa (Trianingsih, 2016).

Perkembangan moral keagamaan

             Perkembangan ini dapat dibentuk dengan menanamkan nilai-nilai dan norma di lingkungan sosialnya, terutama di lingkungan keluarga, pergaulan, dan lembaga pendidikan anak, karena lingkungan tersebut sangat lekat dengan perkembangan anak. Perkembangan ini yang nantinya menjadi pembentuk tingkah laku anak. Pada usia sekolah dasar, perkembangan moral anak belum terbentuk secara sempurna, hal ini didasari oleh kemampuan kognitif anak yang belum cukup matang, mereka tidak dapat membedakan hal yang benar dan salah, mereka tidak mampu menerima konsep mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka belum bisa  memahami persoalan dan alasan yang bersifat abstrak. Seorang anak dapat memahami bahwa kesalahan perilaku dilihat dari maksud orang berperilaku, bukan dari akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut (Khaulani et al, 2020). Dalam hal ini, seorang guru dapat mendorong siswa dalam menanamkan nilai-nilai moral secara tidak disadari langsung, sehingga dapat memunculkan kesadaran sendiri untuk berperilaku yang baik.

Perkembangan bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi. Pada masa sekolah dasar, anak mulai mengembangkan tata bahasanya hingga mencapai kesempurnaan di akhir masa remaja (Khaulani et al, 2020). Walaupun terkadang dalam memahami bahasa yang dipelajarinya anak melakukan kesalahan, tetapi dengan berulang mereka mampu memperbaikinya. 

Anak akan mulai belajar untuk mengungkapkan pendapatnya dan mulai bercerita, sehingga peran orangtua dan guru sangat penting sebagai pendengar yang baik untuk mereka. Anak juga dapat menyimak pembicaraan orang dengan baik, bahkan menceritakan kembali secara tersusun dengan baik. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan penting dalam pembentukan perkembangan ini, terlebih penting di lingkungan terdekatnya. Anak cenderung merespon dan menggunakan bahasa-bahasa yang sering didengarnya. Orangtua dan guru harus lebih selektif dalam menggunakan istilah-istilah kebahasaan ketika berada di sekitar mereka, kata yang diucapkan harus mudah dicerna anak dan sesuai dengan kapasitasnya.

Hayati et al (2021), mengemukakan beberapa kebutuhan siswa SD yang harus diketahui oleh guru, yaitu :

  • Suka bermain

Satu hal yang pasti terlintas ketika mendengar kata bermain adalah menyenangkan, dengan kebutuhan inilah seorang guru dituntut untuk melakukan inovasi dengan menambahkan unsur-unsur permainan dalam kegiatan pembelajaran dengan aturan tertentu. tetapi tetap mempertahankan fokus utamanya, yaitu belajar. Walaupun demikian, kegiatan belajar harus tetap dilakukan dengan serius tetapi santai.

  • Suka bergerak

Pada masa ini sistem motorik anak mencapai puncak dan keaktifan yang maksimal, Sehingga pembelajaran tidak boleh terlalu kaku, tetapi harus didesain agar siswa tetap aktif bergerak.

  • Suka berkelompok

Pada masa sekolah dasar, siswa mulai memperlihatkan kedekatannya dengan teman sebayanya, sehingga guru dapat menciptakan pembelajaran secara berkelompok. Hal ini juga penting untuk melatih kemampuan sosial siswa, mengenai kerja sama dalam kelompok, mengenal konsep setia kawan, dan supportif.

  • Suka peragaan langsung

Karena masa sekolah dasar termasuk masa operasional konkret, dimana siswa akan mencari keterkaitan antara konsep baru dengan konsep lama. Guru dituntut untuk menjelaskan suatu hal yang bersifat konkret dan berkaitan dengan pengalaman nyata yang dialami siswa.

Berdasarkan pemaparan mengenai perkembangan siswa SD tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa  pada usia itu anak mengalami berbagai perkembangan di awal hidupnya untuk menuju kedewasaan, baik itu terlihat secara fisik maupun non-fisik. 

Perkembangan pada masa ini, meliputi perkembangan fisik-motorik, kognitif, sosio-emosional, moral keagamaan, dan bahasa. Dalam perkembangan fisik-motorik, siswa mengalami perkembangan fisiknya ditandai dengan pertumbuhan tubuh dan mengalami masa pubertas, hal itu menyebabkan sistem motoriknya mulai aktif, sehingga anak senang melakukan aktivitas fisik. Sedangkan pada kemampuan kognitifnya siswa mulai berpikir secara logis tetapi  harus didukung suatu hal yang konkret. 

Pada perkembangan sosio-emosional, siswa mulai menunjukkan adanya pembentukan konsep diri, dimana mereka lebih intens dalam hubungan pertemanannya dengan teman sebaya, sehingga mulai berkurangnya ketergantungan terhadap keluarga. Karena pembentukan kognitifnya yang belum matang, sehingga perkembangan moral anak juga masih perlu mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekatnya, dimana anak belum mampu memahami hal yang benar dan salah. Untuk memastikan perkembangan bahasa dari anak tetap baik, maka anak harus dibiasakan mendengar kata-kata yang baik pula. 

Dari perkembangan tersebut diketahui bahwa kebutuhan siswa SD itu cenderung suka bermain, suka bergerak, suka melakukan sesuatu secara berkelompok dan suka peragaan secara langsung. Ketika guru sudah memahami perkembangan yang terjadi pada anak sekolah dasar, maka diharapkan guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa, karena hal tersebut berdampak terhadap tercapainya tujuan  dari pendidikan yang berkualitas.

Daftar Pustaka :

Hayati, F., Neviyarni, N. and Irdamurni, I., 2021. Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), pp.1809-1815.

Khaulani, F., Neviyarni, S. and Irdamurni, I., 2020. Fase dan tugas perkembangan anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), pp.51-59.

Sabani, F., 2019. Perkembangan Anak-anak Selama Masa Sekolah Dasar (6--7 Tahun). Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(2), pp.89-100.

Trianingsih, R., 2016. Pengantar praktik mendidik anak usia sekolah dasar. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(2), pp.197-211.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun