Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Boro-boro Mikir THR, Gaji Bulanan Full Juga Bersyukur

6 April 2020   12:09 Diperbarui: 6 April 2020   21:53 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi uang (sumber: pxhere.com)

"Ya coba dipikir sih! Dia cuti melahirkan itu kan yang nggak kerja dia sendiri. Orang-orang lain masih pada kerja. Perusahaan masih jalan. Toko-toko masih jualan. La kalo sekarang?" teriak seorang teman yang menjadi manager area sebuah perusahaan ritel di Jakarta.

Dia baru saja menceritakan padaku tentang seorang anak buahnya yang meminta perusahaan libur selama masa pandemi. Kata temanku, hal ini sudah dibicarakan oleh perusahaannya sejak ada seruan #dirumahaja dan Work From Home. 

Tapi namanya perusahaan yang bergerak di bidang jual beli barang, gimana ceritanya jualannya di rumah?

Jajaran direksi perusahaan temanku itu kemudian memberi pilihan: libur tapi tidak digaji atau tetap bekerja untuk mengumpulkan omset. Suara bulat karyawan memilih untuk tetap bekerja. Tidak digaji bukanlah pilihan bijak untuk masa-masa seperti ini. Bahkan pada kondisi normal pun tidak.

Tapi yang namanya karyawan ya... Hobi utama mereka adalah menggerutu di belakang. Salah satu anak buah temanku berfikir kalau seharusnya perusahaan bisa meliburkan dan tetap menggaji mereka. Dasar berfikirnya, saat dia cuti melahirkan dia dibayar full oleh perusahaan.

Padahal ya seperti kata temanku tadi. Saat dia cuti melahirkan, perusahaan masih berjalan. Perusahaan bisa mengumpulkan uang untuk membayar gaji semua orang. Kalau semua orang libur, siapa yang akan menjalankan perusahaan? Dari mana mereka mendapat uang untuk membayar gaji?

Ini baru ngomongin gaji bulanan ya...

Di Twitter, akun HRD Bacot melemparkan open discussion: "Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba pemerintah mengeluarkan kebijakan penundaan atau keringanan pembayaran THR bagi para perusahaan? Ini worse case yah melihat pandemi covid-19 ini, semoga gak terjadi :("

Ada orang-orang yang menjawabnya dengan denial. Mereka tidak terima kalau tidak bisa dapat THR karena itu adalah hak karyawan. Tapi sebagian besar orang, menjawab kalau mereka pasrah. 

Banyak perusahaan yang omsetnya turun banget. Masih bisa menerima gaji saja sudah cukup bagi orang-orang ini.

Di perusahaan tempat suamiku bekerja, beberapa cabang toko yang omsetnya kurang dari pemasukan minimal bulanan ditutup dan karyawannya dirumahkan tanpa digaji. Teman-teman yang bergerak di sektor pariwisata sudah terlebih dahulu terkena dampaknya. 

Banyak tempat usaha yang tutup. Toko baju Matahari bahkan terang-terangan meliburkan karyawannya tanpa digaji selama 2 minggu. Ini kondisi yang sulit. Kita juga tidak tahu kapan pandemi ini berakhir (semoga secepatnya).

Ada orang-orang yang bahkan rela tetap masuk kerja dan gajinya dibayar dicicil. Yang penting, perusahaan tidak bangkrut dan mereka masih bisa bekerja. Mereka masih bisa mendapat uang walaupun sedikit demi sedikit. Kebayang nggak sih cari kerja di tengah situasi tidak tentu seperti ini?

Aku membaca balasan tweet dari seorang pengusaha. Menurut dia, ini masa yang sulit untuk pengusaha. Dia harus menjaga karyawan-karyawannya dari infeksi corona tapi dia juga tidak bisa kalau harus menutup tempat usahanya walaupun omset yang didapat kecil. Itu lebih baik dari tidak ada omset sama sekali karena dia harus membayar gaji karyawannya.

Tapi bukankah perusahaan biasanya sudah menganggarkan THR karyawan dari keuangan bulanan mereka? Biasanya sih gitu. 

Masalahnya, di kondisi seperti ini ada post-post pemasukan yang tidak terisi sehingga uang yang ada biasanya digunakan untuk hal lain yang lebih mendesak terlebih dahulu. Misalnya, membayar gaji bulanan. Lucu nggak kalo kalian dapet THR tapi nggak dapet gaji bulanan?

Nggak adil? Ya beginilah dunia.

Ini masa yang sulit untuk semua orang. Mungkin bukan semua orang. Tapi banyak orang. Ini adalah masa yang sulit untuk banyak orang.

Bagaimana dengan aku sendiri?

Sudah hampir 2 tahun aku bekerja serabutan dan berjualan. Selama itu pula, tidak ada tunjangan hari raya yang aku dapat. Jadi, THR bukan folus utamaku. 

Sayangnya, suamiku juga menyampaikan skenario terburuk kalau-kalau lebaran ini dia juga tidak dapat THR bila kondisi masih begini.

Ya, aku menerima itu dengan lapang dada. Ya mau bagaimana lagi, kan? Bukan aku yang punya perusahaan tempat suamiku bekerja.

Toh kemungkinan untuk mudik sudah nyaris 0. Kalaupun pemerintah tidak melarang mudik, aku tidak akan mudik selama pandemi masih berlangsung. 

Ayahku pernah kena TB dan ibuku mengidap diabetes. Mereka termasuk orang-orang yang kondisinya bisa memburuk bila terinfeksi covid-19.

Tapi aku masih berharap terjadi keajaiban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun