Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekolah Ibu, Bagaimana Kajian Latar Belakangnya?

30 Desember 2018   11:49 Diperbarui: 31 Desember 2018   07:34 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : radarbogor.id

"Aku sebenarnya sudah nggak tahan, Teh," kata Mira di antara sesenggukannya. "Tapi aku nggak mungkin pisah dengan A Gun (nama ini juga disamarkan, ya, Pak). Aku sudah punya anak."

Mira, adalah satu dari sekian banyak gadis di daerah Bandung Barat yang menikah di usia yang masih sangat muda. Ya, usia dia memang sudah diperbolehkan menikah oleh negara. Tapi saya, masih harus diteriaki oleh ayah saya untuk mengenakan jaket saat bepergian saat masih seumur Mira. Ya ampun, menjaga kesehatan diri saja sulit. Apalagi harus memikirkan menu makan sehat untuk suami dan anak.

Tapi Mira bisa, Pak. Dia pandai membagi waktunya antara menulis skripsi, bekerja sebagai tenaga honorer di sebuah SMP di dekat rumahnya, dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Dia benar-benar terlihat lebih dewasa dan lebih lelah dibanding saya dengan beban pekerjaan dia yang seperti itu.

Sayangnya, suami Mira ini adalah laki-laki manja yang tidak tahu diri. Ya, dia masih kuliah. Namun dia tidak malu dengan istrinya yang kuliah sambil bekerja. Yang ada, dia hobi nongkrong di kedai bersama dengan teman-temannya. Menurut Mira, jarang sekali suaminya membantu pekerjaan rumah tangganya. Kalaupun sampai suaminya membantu pekerjaan rumah tangga, ibu mertuanya akan menyindir Mira habis-habisan. 

Dan kalau mertuanya sedang sensi dengan Mira, suaminya tidak ada upaya untuk membela Mira. Ya, Mira dan suaminya masih tinggal dengan orangtua suami Mira. Mereka masih kuliah, remember, dan suami Mira belum punya pekerjaan.

Sering, suami Mira meminta uang pada Mira untuk bensin dan jajan. Tapi giliran Mira mengeluh sedang tidak punya uang, suami Mira akan mengatainya sebagai perempuan yang boros. Di mana logikanya, kan?

Hal ini yang membuat Mira menderita tekanan batin sehingga ketika terakhir kami bertemu, berat badan dia hanya 38 kg (tingginya 145 m, fyi)dan mukanya pucat dengan hiasan kantong mata. Informasi penting, sebelum menikah, berat badan Mira 48 kg dan pipinya selalu bersemu merah.

Dan kasus seperti Mira ini tidak hanya satu, Pak, sepanjang 2 tahun saya tinggal di Bandung Barat. Ada banyak pemuda-pemuda yang mengeluarkan segala rayuan untuk mengajak anak gadis orang menikah. Namun setelah menikah, bahkan memberi nafkah saja tidak mampu.

Saya pernah membaca berita sih, tentang Sekolah Ibu yang diadakan di Bogor itu. Salah satu materinya adalah pemberdayaan ekonomi pada ibu-ibu. Mungkin nih, ibu-ibu di Bogor ingin bercerai dengan suaminya karena mereka merasa nafkah yang diberikan oleh suaminya tidak cukup. Kemudian di Sekolah Ibu, ibu-ibu diajari cara untuk mendapatkan penghasilan sendiri sehingga mampu mencukup kebutuhan rumahnya dan merasa tidak perlu lagi bercerai.

Tapi bagaimana dengan Bandung Barat?

Menurut saya nih, Pak. Sebaiknya, Bapak pikirkan kembali untuk membuat program Sekolah Ibu itu. Bapak kuatkan lagi kajian penyebab perceraian yang tinggi di wilayah Bapak. Sambil itu, Bapak bisa meminta KUA untuk memberi bimbingan pranikah pada pasangan-pasangan yang ingin menikah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun