Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Sahur di Pasar Induk

18 Mei 2018   15:05 Diperbarui: 18 Mei 2018   15:09 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.jitunews.com

Annisa turun dari boncengan Honda Beat berwarna putih. Dia berdiri menunggu temannya memarkinkan kendaraan roda 2 nya sambil melihat sekeliling. Setelah motor itu parkir dengan sempurna, Vivi, pengendara Honda Beat putih itu menghampiri Annisa.

"Udah rame aja ya jam segini," komentar Annisa. Annisa melirik jam tangannya.

Tidak seperti puasa-puasa sebelumnya, puasa kali ini Vivi mengajak Annisa berjualan sayuran dan buah. Mereka menawarkan jasa membelikan sayur dan buah untuk teman-teman kantor dan tetangga kontrakan mereka. Ternyata, cukup banyak yang menitip belanjaan pada mereka berdua. Sehingga kini, pukul 2 dini hari di pasar induk, mereka membawa daftar panjang belanjaan dan keranjang besar.

"Namanya juga pasar induk," sahut Vivi. "Adzan subuh jam setengah 5 an, kita rencanain sahur jam 4. Artinya, kita punya waktu 2 jam buat keliling belanja."

"Oke," kata Annisa mengikuti Vivi masuk ke dalam pasar.

Keduanya kemudian larut dalam kesibukan memilih sayur dan menawar harga. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 4 lewat.

"Kayaknya kita sahur sekarang, deh," kata Vivi setelah melihat jam tangannya. "Ada yang belum kebeli gak?"

Annisa melihat daftar belanjaan yang sudah penuh dengan coretan.

"Udah semua, Vi," jawab Annisa.

Vivi kemudian melangkahkan kaki menuju warteg yang dilihatnya di dekat parkiran. Annisa mengikutinya. Warteg kecil itu ramai pembeli. Beberapa orang terlihat makan sambil lesehan beralaskan koran bekas di area parkiran. Annisa dan Vivi memesan nasi rames dalam bungkus kertas minyak dan air mineral dalam botol.

"Kau tiap puasa jualan sayur gini, Vi?" tanya Annisa sambil menyantap nasi ramesnya di atas motor Vivi.

"Iya," jawab Vivi singkat.

"Wah, faedah banget ya sahurmu," komentar Annisa. "Aku sih sahur cuma bangun, makan, solat, trus tidur lagi."

"Ya itung-itung nabung buat lebaran, Sa. Lagian bangun pagi-pagi sayang aja kalau cuma buat makan," kata Vivi sambil memasukkan sesuap nasi terakhirnya. "Kamu seneng, ngomong-ngomong?"

Annisa menganggukkan kepalanya.

"Besok aku ikutan lagi, ya?" pinta Annisa. "Di sini, aku bisa lihat berbagai orang berinteraksi dan mendengar berbagai macam cerita. Ngasih inspirasi buat tulisanku."

Vivi tergelak.

Vivi dan Annisa bekerja di sebuah kantor media daring ternama di sebuah kota besar. Vivi merupakan seorang ilustrator dan Annisa adalah penulis konten.

"Baguslah," kata Vivi. "Jadi lebih bermanfaatkan waktu sahurnya?"

Annisa mengangguk.

"Menurut aku yah, sebenarnya pekerjaan itu banyak, lho," kata Annisa. "Kenapa pengangguran yang suka ribut di media sosial itu gak liat peluang ini yah? Berjualan, atau menawarkan jasa tertentu yang sebenarnya sepele namun orang butuh..."

"Ya kalo mereka mau berfikir dan bergerak sih sebenarnya ada aja pekerjaan," kata Vivi. "Kan Allah menyebarkan rejekinya di seluruh penjuru bumi."

"Sayangnya mereka lebih suka berteriak-teriak menyalahkan pemerintah," sahut Annisa menegak tetes terakhir minumannya.

Vivi mengangkat bahu.

Tak lama kemudian, adzan subuh berkumandang. Mereka bergegas menaiki motornya dan meninggalkan halaman parkir pasar induk. Mereka membelah pagi menuju kontrakan mereka untuk melanjutkan aktifitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun