Mohon tunggu...
Meisya Tantri Girsang
Meisya Tantri Girsang Mohon Tunggu... Jurnalis - Just me :)

Hello everyone i am an international relations student college ✌️

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jendela Dunia untuk Papua

13 April 2022   05:00 Diperbarui: 20 April 2022   10:13 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Papua merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Papua merupakan provinsi di Indonesia yang terkenal dengan tempat wisatanya Raja Ampat dan kearifan budaya lokal yang masih kental hingga saat ini, namun Papua juga merupakan provinsi yang masih sangat minim tersentuh oleh pendidikan. Pembangunan yang diberikan oleh pemerintah masih dikatakan belum cukup merata dikarenakan masih banyak sejumlah pihak yang meminta kepada pihak pemerintah untuk lebih memperhatikan di wilayah sekitar Papua khususnya Papua Barat, dimana pembangunan yang lebih dibutuhkan masyarakat provinsi tersebut berupa pendidikan daripada pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan sebagainya.

Buku adalah sumber ilmu dan jendela dunia, namun tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan dan membawanya lantaran adanya berbagai macam keterbatasan. Mungkin bagi anak-anak yang tinggal di perkotaan akan sangat mudah bagi mereka untuk belajar dan menuntut ilmu, tetapi tidak demikian dengan anak-anak yang tinggal di desa maupun di wilayah timur. Melihat kilas balik pada tahun 2014, banyak anak-anak di wilayah Papua yang masih sulit untuk menempuh pendidikan. hal ini diakibatkan karena minimnya sarana dan prasarana di tempat tersebut, misalnya seperti rendahnya fasilitas pendidikan, sulitnya jaringan internet, kemiskinan, adanya konflik-konflik yang terjadi, dan masih banyak lagi. berdasarkan data yang diperoleh dari badan pusat statistic di Papua pada tahun 2019 sebanyak 90,36% masyarakat wilayah Papua pada usia 15-24 tahun masih kurang dalam pendidikan sehingga 73,89% masyarakat Papua pada usia 25 tahun ke atas mengalami buta huruf. Selain itu menurut data yang diperoleh dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa 30% siswa di Papua tidak menyelesaikan SD dan SMP serta 70% siswa SMP yang memilih untuk putus sekolah.

Adanya rasa empati yang diberikan masyarakat luas terhadap pendidikan di Papua, sejumlah anak muda massal yang mengenyam pendidikan di Jawa khususnya Yogyakarta melakukan aksi peduli dengan cara mengumpulkan buku-buku bacaan kemudian mengirimkannya ke berbagai wilayah di Papua. Komunitas tersebut bernama “Buku Untuk Papua. Pada dasarnya komunitas ini sudah berdiri sejak tahun 2012 yang berfokus pada pendidikan dan literasi, serta relawan-relawannya yang bekerja di beberapa wilayah seperti Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Papua sendiri. Komunitas ini mulai ramai setelah melakukan penggalangan dana di media sosial untuk mengumpulkan buku-buku yang kemudian disalurkan kepada komunitas-komunitas literasi lainnya. Tujuannya untuk menggerakkan kepedulian komunitas masyarakat, khususnya di Pulau Jawa untuk secara sukarela melakukan donasi pendidikan berupa buku, jejaring, maupun dana

Selain mengirim dan membagikan buku-buku tersebut, komunitas “Buku Untuk Papua ini juga sering melaksanakan diskusi-diskusi seperti pelatihan menulis cerita untuk anak, rakyat, dan lain lain. Dilain sisi pula di masa pandemi saat ini orang tua, murid, dan masyarakat yang tinggal di perkotaan saja sudah merasa sulit dengan pendidikan jarak jauh walaupun kita masih bisa mendapatkan fasilitas dan internet gratis dari pemerintah. Berbeda halnya dengan di Papua, selain harus bergelut dengan konflik dan sulitnya sarana dan prasarana pendidikan sulitnya jaringan akses internet membuat upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti memberikan internet gratis menjadi seakan-akan percuma akibat sulitnya jaringan akses internet di wilayah pedalaman Papua. hal ini tentunya mendapatkan respon khusus dimana perusahaan yang bekerja di bidang teknologi seperti PT.Telkom Indonesia berkontribusi dalam pembangunan pendidikan di Indonesia khususnya Papua, yakni dengan memberikan bantuan peresmian WIFI corner IndiHome untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ada juga bantuan yang diberikan dari Tunas Sawa Erma (TSE) Group pada tahun 2021 untuk menunjang pendidikan anak-anak di Papua. Tunas Sawa Erma (TSE) Group selalu rutin memberikan alat tulis ke sekolah-sekolah di Papua untuk siswa-siswi di berbagai level pendidikan, mulai dari anak usia dini hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bantuan yang diberikan berupa peralatan sekolah yang biasa digunakan oleh siswa-siswi sekolah pada umumnya. Peralatan yang diberikan kepada para siswa bervariasi, yakni berupa buku tulis, buku gambar, pensil berwarna, penghapus serta penggaris. Pemberian bantuan untuk peningkatan kapasitas pendidikan masyarakat di berikan di sekitar area operasional TSE Group. Penyaluran ini dikhususkan bagi warga yang memiliki keterbatasan secara finansial untuk memberikan perlengkapan sekolah bagi anak-anak mereka. Alat tulis dibagikan kepada 4.500 murid yang tersebar di 36 sekolah di Merauke dan Boven Digoel, Papua.

Bapak Cheong selaku pimpinan divisi Humas TSE Group juga berharap sumbangan ini mampu meningkatkan semangat belajar siswa-siswi di masa pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas belajar hanya bisa dilakukan dari rumah. Saat ini juga Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali membuka program ADik atau Afirmasi Pendidikan Tinggi. Program ini merupakan program pemberian bantuan pembiayaan di pendidikan tinggi khusus untuk siswa dan siswi dari Papua, Papua Barat, 3 T, serta anak-anak TKI. Selain itu, program ini juga ditujukan untuk siswa dan siswi penyandang disabilitas. Dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar di pendidikan tinggi kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan dan keterjangkauan akses pendidikan karena kondisi dan keberadaannya. Program ini dapat diikuti dengan kriteria yang sudah ditetapkan seperti calon penerima adalah orang asli Papua (OAP), memiliki Nomor Induk Kependudukan, memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan sekolahnya mempunyai Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN), serta calon penerima juga memiliki nilai rapor rata-rata 75 untuk 6 (enam) mata pelajaran yang sesuai dengan jurusan untuk calon peserta seleksi.

 Bantuan dan gerakan-gerakan yang diberikan ini menjadi harapan besar bagi masyarakat Papua untuk semakin mengenal teknologi dan mendapatkan kesempatan belajar dan pendidikan yang baik sehingga dapat menghasilkan penerus yang akan menjadi generasi emas bagi bangsa Indonesia, serta dapat memajukan kesejahteraan bagi seluruh warga Indonesia.

Referensi :

https://www.kompasiana.com/30a_yehezkiel4483/5fb8a5e6d541df3d02761cd2/kurangnya-pendidikan-di-papua#:~:text=Kurangnya%20pendidikan%20di%20Papua%20terlihat%20pada%20data%20badan,huruf%20karena%20minimnya%20pendidikan%20yang%20ada%20di%20Papua.

https://www.jawapos.com/tag/pendidikan-di-papua/

 https://kumparan.com/evi-fadliah/apa-kabar-dunia-pendidikan-di-papua-1vPWm4Xekz8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun