Mohon tunggu...
Meistra Budiasa
Meistra Budiasa Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Budaya dan Media

Dosen Komunikasi, Universitas Bung Karno, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kelas Menengah dan Konsumsi dalam Olahraga Lari Marathon

30 November 2017   09:43 Diperbarui: 30 November 2017   10:21 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thejakartamarathon.com

Penelitian dari Liza Moor yang berjudul "Sport and Commodification A Reflection on Key Concept" adalah kajian yang sangat komperhensif untuk melihat komodifikasi dalam olahraga. Penelitian Moor ini memandang studi mengenai olahraga yang memiliki dampak perubahan struktural dalam organisasi olahraga khususnya berkaitan dengan budaya penggemar telah menjadi bagian penting dari kajian sosiologis olahraga dalam beberapa tahun terakhir. 

Dengan mengambil studi kasus sepak bola di Inggris yang dimana telah memberikan ruang yang luas dari media massa untuk meliput kompetisi maupun keguatan klub sepakbola sehingga memiliki perubahan signifikan dalam liputan media pada dekade 80an dan 90an.  Dengan menggunakan konsep komodifikasi, kelas, dan konsumsi tulisan ini bertujuan untuk menginterogasi beberapa konsep kunci tersebut yang umum digunakan dalam analisis ini. Penelitan ini lebih berfokus kepada studi mengenai masa depan studi mengenai fandom dalam sepakbola yang berdasarkan konsep kunci tersebut melahirkan kesimpulan sebagai berikut. 

Dari konsep kelas sosial, ditemukan bahwa penggemar dari berbagai latar belakang kelas dan pengalaman mampu tampil sebagai anggota otentik dari basis dukungan tradisional penggemar sepak bola dengan mengadopsi disposisi tertentu (2007: 137)_. Secara kritis Moor melihat hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan pengakuan yang lebih kompleks di mana pengecualian beroperasi dalam sepak bola dan memungkinkan kita untuk melihat bahwa kritik dari praktek eksklusif belum tentu kritik dari kelompok kelas pekerja melainkan kritik dari budaya kelas pekerja yang beredar dan digunakan untuk membela diri dengan berbagai kelompok dalam konteks tertentu. 

Konsep Komodifikasi dan Konsumsi, Moor mengkritik bahwa fokus pada komodifikasi menyebabkan kecenderungan untuk melihat semua perubahan lain dalam fandom sebagai konsekuensi dari komodifikasi daripada sebagai memiliki salah otonomi mereka sendiri atau memang terkait dengan kekuatan non-pasar lainnya. Jadi meskipun sejumlah pengamat telah mengakui pembentukan jenis baru dari budaya fan dalam menanggapi perubahan dalam sifat dan ruang lingkup liputan media, ada relatif sedikit minat dalam menyelidiki ini secara empiris. 

Hal ini pada gilirannya karena fakta bahwa begitu banyak diasumsikan oleh pengamat bahwa budaya keterlibatan dengan sepak bola akan penuh (terutama pada kelas menengah) orang-orang yang tertarik dalam permainan hanyalah sebuah respon spontan untuk kegiatan pemasaran klub dan perusahaan, mengabaikan fakta bahwa banyak pendukung tradisional dapat menggunakan internet serta televisi dan radio, dan bahwa para penggemar baru dapat memilih hubungan yang lebih virtual untuk sepak bola untuk alasan yang memiliki banyak untuk dilakukan dengan permainan historis gender dan rasial norma untuk partisipasi seperti yang mereka lakukan dengan baik atau identitas kelas mereka sendiri.

Penetlian dari David L Andrew, Callie Batts, dan Michael Silk berjudul "Sport, glocalization and the new Indian middle class merupakan tulisan yang paling menarik dalam menganalisis kelas menengah dan olahraga. Dengan berfokus pada struktur dan pengaruh olahraga transnasional yaitu Commonwealth Games dan budaya kebugaran (fitness) dalam konteks India kontemporer Andrew dkk melakukan observasi berdasarkan dari penelitian empiris untuk mengeksplorasi hubungan timbal balik yang kompleks antara ekonomi liberalisasi, globalisasi, dan kapitalisme konsumen.

Argumentasi utama pada penelitian ini pada proses-proses kontemporer budaya olahraga di India yang sedang bangkit dalam citra kelas menengah baru. Serangkaian proses ini secara bersamaan memberikan kontribusi terhadap hegemoni dari kelas menengah baru di India dan dengan demikian terang-terangan kembali kepada ketidakadilan sosial dan polarisasi masyarakat dengan jelas dalam kehidupan masyarakat India lebih umum. 

Melalui pertimbangan kontekstual dari kebijakan liberalisasi ekonomi dan ideologi neoliberal yang mendorong munculnya kelas menengah baru dan budaya konsumen di mana identitas dibuktikan dan batas-batas batas-batasnya (Bauman, 2001), kami arahkan ke badan-badan valorized (produktif, konsumtif dan fungsional) dan mereka pathologized (miskin, terlayani dan pakai) dalam budaya olahraga transnasional yang mengemban perintah dari pemerintahan neoliberal, kebijakan dan tubuh politik. 

Dengan menganmbil konteks Common Wealth Games (CWG) dan olahraga kebugaran di kota Delhi, India Andrew dkk meneliti bagaimana fenomenan tersebut mengubah tata kota sekaligus prilaku kelas sosial di wilayah perkotaan. Di mana hadir kelompok kelas menengah baru yang secara simbolik telah sadar akan kepentingan tubuhnya secara konsumsi dalam kondisi negara pada berbagai persoalan korupsi dan sebagainya. Kelompok ini hadir sebagai penanda hadirnya budaya konsumsi di India dan semakin membelah masyarakat kedalam polarisasi kelas sosial.

Dalam persiapan penyelenggaraan CWK misalnya pemerintah lokal New Delhi banyak melakukan pembersihan terhadap wilayah-wilayah kumuh serta pembuatan fasilitas olahraga yang menunjang standar event tersebut. Penyenlenggaraan CWK dan merebaknya olahraga kebugaran di India adalah dua fenomena yang saat sedang berkembang di negara tersebut, dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut menambah tumbuhnya kelas menengah baru. Dari sisi konsumsi dan ekonomi neoliberalisme fenomena tersebut menjadi bagian dari pondasi pembagian kelas sosial di masyarakat dengan mengedepankan selera berolahraga.

Kerangka Pemikiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun