Dari sudut istana. Aksara-aksara indah membingkai kata tanpa cinta. Bukan pedang namun menyayat hati. Bukan panah namun tajam menusuk batin. Â
Tuan besar tertawa senang. Kagum dengan luka dan lara. Tersenyum memandang hujan air mata menyirami rumput kering. Aku menang!
Hamba-hamba tak berdaya diam seribu bahasa. Mata indah kehabisan air mata. Tak ada pedang untuk melawan. Hanya narasi lirih kepada hati. Tenanglah duhai jiwaku.Â
Tiada panah untuk membalas. Hanya narasi suci kepada Sang Khalik. Asa kepada kesembuhan luka, ketenangan jiwa dan pengampunan kepada sang tuan.Â
Narasi, kembalilah pada tuanmu. Kisahkan kepadanya tentang insan yang lara tersayat pedang dan luka yang membekas.Â
Pilihkan diksi yang indah lalu bisikkan narasi lembut pada tuanmu: "Tuanku, roda dunia terus berputar."