Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelakor Itu Calon Tumbal Pesugihan

3 Maret 2023   15:38 Diperbarui: 3 Maret 2023   15:41 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Megawati Sorek

Mataku melebar, keringat dingin terasa mengalir, dadaku berdegup kencang, rasa ketakutan membuat tubuhku gemetar. Aku tak menyangka, aku  yang berniat  melenyapkan mereka justru berbalik menjadi target dan itu tak lama lagi.

"To-long, sa-ya, Mbah, sa-ya ha-rus ba-gai-ma-na ...." Tergagap aku memohon padanya.

 "Kekuatannya ini sangat besar, cara satu-satunya adalah menyembunyikanmu pada dunia lelembut yang tak diketahui oleh jin mereka, ini akan menjadi perang gaib," terang Mbah Karto dengan menghela napas berat, mengambarkan raut wajah memikul beban berat.

Secepatnya ritual untuk menghindarkan aku dari kematian dilakukan. Segala media dan persyaratan aneh telah aku penuhi.

"Dalam perjalanan lorong penghisap, apapun yang terjadi kau tak boleh menoleh ke belakang lagi, camkan hal itu." Mbah Karto memperingatkanku untuk ke sekian kali. Saat ia memandikanku dengan air kembang.

Tubuhku mengejang dan kaku seolah-olah terkena sentrum ribuan volt. Energi tubuhku seperti tersedot ke dalam hisapan yang sangat kuat. Tubuhku menjadi melayang seringan kapas dengan kabut sekeliling.

Samar terdengar teriakan memanggil namaku, itu suara Mas Bayu. Aku mengabaikannya, aku masih ingat pesan Mbah Karto tentunya. Selanjutanya suara lelaki dan perempuan meneriakkan namaku dengan suaranya yang bercampur tanggisan rintihan. Suara bapak dan ibuku yang di kampung, kontan aku menoleh dan ingin melihat wajah orang yang telah membesarkanku itu.

Di saat bersamaan, tubuhku terjatuh terjun bebas ke bawah dan terhempas di permukaan lantai rumah Mbah Karto. Membuat ia kesal dan mengusirku dengan kalimat memperingatkan agar bersiap diri untuk mati.     

***

Aku frustrasi, purnama hanya tinggal hitungan belasan hari lagi. Aku tak mau mati konyol, bagaimanapun caranya aku harus bertindak cepat.

Aku akan berkunjung ke rumah Mas Bayu. Dalam perjalanan sengaja singgah ke apotek untuk membeli dua botol obat tetes mata. Beruntung aku yang hobi membaca buku bergenre thriller. Kandungan zat tetrahydrozoline pada obat tetes mata ini sengaja kupilih dengan dua alasan. Pertama mudah didapat, dan daya bunuhnya memiliki jeda, berbeda dengan sianida  yang langsung membunuh seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun