Mohon tunggu...
Mega Haloho
Mega Haloho Mohon Tunggu... Ilmuwan - i' am a..

bio?

Selanjutnya

Tutup

Nature

[Kreatif-Inovasi] Sedotan dari Bambu, Apakah Bisa?

30 November 2019   19:43 Diperbarui: 30 November 2019   20:53 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semakin tahun, pencemaran lingkungan di Indonesia semakin meningkat cukup serius, hal ini dapat mengakibatkan penurunan kemampuan lingkungan yang dapat menimbulkan bencana alam. Dewasa ini, masalah pencemaran pada lingkungan merupakan masalah yang populer, dan perlu mendapatkan penanganan serius. Dalam penanganannya semua masyarakat juga berperan aktif agar menyelesaikan masalah ini, karena jika masyarakat pasif maka akan merusak lingkungan.

Salah satu faktor penyebab lingkungan rusak yaitu pembuangan sampah sembarangan, terutama sampah plastik. Di Indonesia, penggunaan plastik semakin tahun semakin meningkat, sehingga hal ini menjadikan Indonesia meraih peringkat kedua dalam menyumbangkan plastik terbesar didunia dengan perkirakan ada 9,5 milyar sampah plastik dalam satu tahun (KLHK, 2016). Hal ini merupakan cerminan atau tamparan bagi masyarakat, bagaimana jika penggunaan plastik tidak diminalisirkan maka akan menumpuk membentuk suatu pulau.

Penggunaan plastik dapat mengakibatkan kerusakan yang parah bagi lingkungan, karena plastik bisa terurai dalam 50-60 tahun dan itu sangat signifikan merusak karena bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sehingga dapat mengganggu lingkungan dengan bau yang tidak sedap, dan menjadi penyakit bagi masyarakat disekitarnya. Banyaknya jumlah sampah yang ada dilingkungan juga dapat merusak ekosistem, dengan jumlahnya yang banyak maka mengurangi ruang gerak satwa-satwa sehingga mengakibatkan satwa mati.

Untuk mengurangi dampak negatif dari plastik, dapat menggunakan bahan lain sebagai pengganti fungsi dari plastik. Bahan yang dimaksud dapat digunakan berkali-kali dan mudah terurai jika sudah tidak lagi digunakan. 

Salah satu diantaranya adalah  sedotan yang biasanya dari plastik, kini dapat digantikan dengan bambu. Mengapa harus bambu? Bambu merupakan tanaman yang memiliki rongga didalamnya, rongga tersebut dapat dimanfaatkan dengan dijadikan sedotan. 

Seperti yang diketahui, bambu juga mudah diuraikan, sehingga jika sudah tidak digunakan akan mudah dirombak oleh mikroorganisme pengurai, hasil dari perombakan akan menjadi bahan organik bagi tanah. 

Sedotan plastik hanya dapat digunakan sekali saja, jika sedotan yang terbuat dari bambu dapat digunakan berkali-kali sehingga akan lebih hemat. Selain itu, sedotan bambu atau dengan nama keren tambu ini juga memiliki nilai seni tersendiri, seperti ada kenikmatan meminum dengan menggunakan sedotan bambu. 

Dalam pemanfaatannya, dengan menggunakan bambu berukuran kecil dengan diameter sekitar 0,4-1,4 cm, tergantung pada penggunaannya. Sedotan bambu dapat digunakan untuk air, maupun buble, sehingga sangat nyaman. Istimewanya, sedotan bambu ini dapat digunakan berkali-kali karena dapat dilakukan pencucian pada sedotan tersebut. 

jika sedotan bambu ini tidak digunakan lagi, tidak masalah karena sedotan ini ramah lingkungan dan mudah terurai tidak seperti plastik. 

Hal ini  dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi sampah plastik sehingga lingkungan mulai sedikit demi sedikit bersih,  dan dapat mengurangi bencana banjir akibat plastik-plastik yang menyumbat genangan. Sehingga kehidupan masyarakat sekitar sungai aman dan terhindar dari wabah penyakit. Inovasi ini diciptakan untuk meningkatkan peduli konsumen  plastik terhadap lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun