Nyamanku bukan ada pada megah.
Tapi pada ramah.Â
..
Saat rumah yang kuidamkan tak lagi ramah. Saat itulah aku marah. Rasanya ingin sudah, tapi menyayat diri sampai berdarah tak membuat sudah. Aku yang lemah, dipaksa pasrah. Harus nurut dengan 1001 perintah. Didepan mereka, seolah ramah. Padahal, selalu marah.Â
Jadi, saat aku tidak lagi lemah. Jangan marah, bila aku katakan pulangku bukanlah rumah.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!