Saat azan magrib berkumandang, meja makan dipenuhi aneka makanan berbuka. Namun, di balik kenikmatan tersebut, tersimpan realitas yang kerap luput dari perhatian: peningkatan signifikan volume sampah, terutama plastik sekali pakai.
Ramadan, yang seharusnya menjadi bulan kesederhanaan dan refleksi, justru berkontribusi terhadap lonjakan konsumsi yang berdampak serius pada lingkungan. Tanpa intervensi yang tepat, fenomena ini dapat menciptakan beban ekologis berkepanjangan yang sulit dikendalikan.
Dalam perspektif ekologis, konsumsi yang tidak terkendali selama Ramadan berimplikasi pada dua aspek utama: limbah plastik dan limbah makanan.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa selama Ramadan, volume sampah nasional meningkat hingga 20% dibandingkan bulan biasa. Sebagian besar dari peningkatan ini berasal dari kemasan makanan dan minuman berbuka puasa serta produk konsumsi lainnya.
Tradisi berbuka puasa di luar rumah, baik melalui pasar takjil maupun acara buka bersama, semakin memperparah akumulasi limbah yang jarang dikelola dengan baik.
Lebih dari itu, meningkatnya konsumsi selama Ramadan juga berbanding lurus dengan produksi limbah organik. Berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia merupakan salah satu penyumbang limbah makanan terbesar di dunia, dengan rata-rata 300 kg makanan terbuang per orang per tahun.
Selama Ramadan, tren ini meningkat drastis akibat pola konsumsi berlebihan yang tidak diimbangi dengan pengelolaan limbah yang efektif.
Fenomena ini tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca akibat pembusukan limbah organik.
Ramadan dan Ledakan Sampah Plastik
Dalam konteks sosial-ekonomi, ledakan sampah plastik selama Ramadan berakar pada kebiasaan konsumtif masyarakat yang semakin meningkat.
Pasar Ramadan yang menjamur di berbagai daerah menjadi pusat transaksi yang sarat dengan penggunaan plastik sekali pakai. Pedagang dan konsumen sama-sama terbiasa menggunakan kantong plastik, styrofoam, serta botol plastik untuk memenuhi kebutuhan berbuka puasa.