Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Phobia Menulis bagi Mahasiswa Tingkat Akhir

14 Mei 2016   15:06 Diperbarui: 16 Mei 2016   09:57 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: mengetik tugas akhir (sumber: onlinejobexperts dot com)

Sebetulnya menulis itu sangat mengasyikkan dan bisa jadi candu saat materi tulisan ada, tidak ada beban tentang apa yang kita tulis dan tidak ada tenggat waktu. Tapi untuk mahasiswa yang harus menulis skripsi, tesis atau disertasi pada tahun-tahun terakhir, rasanya menulis itu menjadi momok. Meja belajar, laptop dan segala suasana menulis seolah mengintimidasi, dan akhirnya menjadi phobia. 

Padahal menulis sekarang ini sudah tidak lagi menggunakan mesin ketik, semua otomatis melalu program words dengan segala tombol yang terjangkau dengan satu kali klik. Mau rata kanan-kiri, bentuk huruf miring, bulat, kerempeng, hingga pengurutan referensi semua serba otomatis. Kesulitan bahasa? Built-in pemeriksa grammar Bahasa Inggris tersedia di words dengan satu kali klik. Kita juga dibantu memeriksa kesalahan ketik hingga panduan kalimat aktif-pasif. Berbagai software juga tersedia dari memoles bahasa agar lebih akademis hingga memeriksa indeks plagiarism. Jika memerlukan referensi dan bahan lainnya, segala macam search engine bisa membantu kita, belum lagi berbagai sumber digital, koran, majalah, jurnal yang open source. Semudah-mudahnya menulis dan memproduksi tulisan mungkin ya di jaman sekarang ini. :)

Tapi banyak sekali alasan mahasiswa untuk tidak segera mulai menulis. Contoh ceritanya seperti berikut:

(di meja belajar, di rumah)

Mahasiswa: "Ah, ga enak nulis di rumah, berisik... enakan di kampus."

(pergi ke kampus)

Mahasiswa: "Di kampus ketemu temen melulu jadinya ga mulai-mulai malah maen. Mending cari tempat yang tenang, kaya di taman."

(pergi ke taman)

Mahasiswa: "Di taman kalau pake laptop kurang enak kerjanya, enakan pakai tab, jadi saat ada ide langsung bisa ditulis tanpa harus boyongan laptop, charger dll."

(beli tab)

Mahasiswa: "Pakai tab, ternyata susah ngetiknya. Ngetik idenya dikit, banyak maen game nya."

(kembali ke laptop, kembali ke rumah, di meja belajar)

Mahasiswa: "ya udah di rumah aja, tapi kamarnya harus diberesin dulu nih biar fresh, otaknya biar jalannya mulus."

(bersih-bersih kamar)

Mahasiswa: "mungkin meja belajarnya harus deket jendela, terus kursinya diganti yang bisa naik-turun..."

(geret meja, beli kursi baru)

dan seterusnya... haha serius ada cerita seperti ini, banyak. Mungkin saya juga pernah salah satunya :D

Jadi sebenarnya jika kita mahasiswa tersebut, masalahnya utamanya ada pada faktor diri kita sendiri. Meskipun sudah tersedia berbagai kemudahan jika kita misalnya, takut, malas, ngga pede, bosan atau demotivasi, maka semuanya jadi salah. Semuanya salah dan terasa ngga memadai. Banyak cerita mahasiswa yang tidak lulus karena tidak sanggup dan tidak selesai dalam mengumpulkan skripsi atau tesis. Sering bukan karena ia tidak mampu secara akademik, namun karena ia tidak mampu mengatasi dirinya sendiri untuk menulis. Efek lainnya, akhirnya banyak juga yang berpikiran membeli skripsi. Dan, dimana ada demand, di situ ada supply, dan jadilah market, jadilah bisnis jual beli skripsi. Sungguh sebuah paradoks, bukan? Di jaman yang serba mudah untuk menulis ini masih banyak yang anti menulis. 

Seperti banyak orang bilang, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Langkah pertama adalah mengatasi diri sendiri yaitu Meyakinkan diri bahwa draft tulisan itu ngga ada yang sempurna, yang penting DITULIS aja. Bisa ditulis coret-coret dulu di buku atau langsung di komputer. Langkah kedua adalah, MENCETAK DRAFT. Membaca kembali draft dalam bentuk cetakan di kertas itu BEDA banget lho sama kalau kita baca di layar komputer. Tips ini bisa mengatasi kebuntuan ide. Saat sudah dicetak kita bisa menengarai ketidak-kerunutan dan bisa melihat gap-gap dari tulisan kita dengan sudut pandang yang lebih jauh. Mencetak draft ini saya dapat sarannya dari seorang teman bernama Fiona yang sudah mempraktekannya, dan berhasil menyelesaikan disertasinya. Saat sudah jenuh, tidak apa-apa kita tinggal sejenak, karena sering tulisan pun perlu kita endapkan agar kita bisa memperbaiki dengan pikiran lebih jernih dan terang. Tapi tulisannya jangan di PHP sampai 1 purnama ya apalagi sampai 14 tahun, ntar keburu basi alias keburu di DO (dropout) hehe...

Jika belum pede menulis, di sela-sela waktu kita bisa coba menulis bebas di Kompasiana. Ini bukan iklan, tapi memang di sini kita bisa belajar menyampaikan cerita dan ide dengan terus menulis dan membaca tulisan-tulisan para Kompasianer kawakan yang beda sekali hasil tulisannya saat dibaca. Bahkan para penulis hebat pun juga dulunya penulis amatir, mereka hanya terus, dan terus menulis. Kata salah satu pembimbing saya, dengan menuliskan ide yang ada di otak kita, maka kita juga belajar berpikir runut, terstruktur dan rapi agar lebih mudah dipahami, dan niscaya bisa berguna bagi orang lain. 

Masih terus belajar menulis ^.^,

Mutiara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun