Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Honorer Kini, Masih Terseok-seok Mengejar Mimpi Lebih Sejahtera!

26 Agustus 2021   21:59 Diperbarui: 26 Agustus 2021   22:08 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi guru honorer (mediaindonesia.com/diunduh)

Rudi (40), sebut saja begitu, tampak menunggu notifikasi masuk di ponselnya. Masih bersepatu, dengan kemeja rapi, sembari menikmati secangkir kopi. Jaket seragam ojek online menutupi baju seragamnya. Hari itu belum lewat setengah hari. 

Pria ini memang seorang ojol. Tetapi, profesinya sehari-hari juga menjadi seorang guru honorer di sekolah dasar di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menjadi ojol yang dilakoninya, untuk tambahan kebutuhan hidup keluarga. Honor dari mengajar belum cukup memenuhinya.   

ILUSTRASI di atas bukanlah rekaan, melainkan fenomena yang nyata-nyata dialami guru honorer kita. Tidak semua honorer mengalaminya memang. Tetapi, ini adalah pilihan terpaksa yang harus dijalani. Nasib guru honorer masih terhimpit ketidakpastian dan kesenjangan berkepanjangan. 

Selain Rudi, masih banyak bisa kita temui kehidupan guru-guru honorer yang tetap harus nyambi pekerjaan lain. Ada yang berjualan kopi ketan hingga malam di pasar, ada juga yang harus berjaga malam sebagai petugas keamanan. Sisanya, masih bingung mencari tambahan sana-sini, hingga harus terjerat pinjaman (pinjol).  

Ya, jeritan suara jutaan honorer guru di Tanah Air sudah kerap terdengar. Lebih dari dasawarsa terakhir, sejak 2008 lalu, suara mereka membuat terngiang telinga pemerintah. Bahwa, honor yang didapatkan dari mengajar belum layak, bukanlah omong kosong. Aspirasi mereka sudah kerap disuarakan keras-keras hingga gedung parlemen dan pemerintahan.  

Beberapa tahun silam, akal waras honorer sebagai pendidik anak banga ini hampir saja terkubur. Rencana aksi mogok massal sempat di ubun-ubun mereka. Saking kuatnya berjuang, agar kesejahteraan mereka lebih diperhatikan negara dengan lebih adil. Mimpi dan harapan besar mereka, bernasib lebih mapan daripada sebelumnya.  

Tetapi, guru honorer kita masih punya nurani dan akal sehat. Sadar menjadi pendidik yang akan selalu diteladani anak didik, maka gejolak batin mereka bisa diredam. Karuan saja, harapan besar bangsa Indonesia masih digantungkan pada mereka, tetap mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa bagaimanapun kondisi dan latar belakangnya.  

Sudah adilkah perhatian dan penghargaan yang diberikan negara? Ini yang selalu ditanyakan guru honorer hingga kini. Ya, soal kepastian kebijakan yang lebih adil dan mensejahterakan yang tiap saat ditagih mereka dari pemerintah. Tercatat, setidaknya ada 1,75 juta jumlah guru honorer se Indonesia, atau sekitar 52,1 persen dari lebih dari 3,3 juta guru di Tanah Air.  

Hingga kini, guru honorer se Indonesia terus menyuarakan harapannya. Perjuangan ini juga mendapat pengawalan serius. Yakni, dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, melalui Pansus Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer yang diketuai Tamsil Linrung.  

Jika dirunut, sebenarnya bukan tidak sama sekali ada perhatian pemerintah. Setidaknya, melalui kebijakan pengangkatan Guru Bantu sejak 2005 silam. Lalu, berlanjut dengan rekrutmen pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak (PPPK) bagi honorer pertama kali pada 2019 lalu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun