Mohon tunggu...
Enggar Hudan Risqullah
Enggar Hudan Risqullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Sekedar Media untuk ajang ber-Kalam yang bernama Media Kalam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korelasi Adat Istiadat dan Budaya Kelahiran Menurut Anjuran Fiqih dengan Kelahiran menurut Adat dan Istiadat Budaya Jawa (Sedulur Papat Kalima Pancer)

12 Mei 2024   22:10 Diperbarui: 12 Mei 2024   22:39 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit memberikan pengertian tentang budaya Jawa (sedulur papat kalima pancer)
adalah sebuah istilah asal usul manusia di lihat dari unsur pembentuk manusia. Dalam
pengertian lain, sedulur papat kalima pancer adalah "teman" yang menemani kita pada saat di kandungan dan makna "pancer" adalah jiwa/roh atau wujud manusia itu sendiri.

Sedulur papat mempunyai dua istilah/versi, yaitu Jawa dan Bali, dan pembahasan kita
sekarang menggunakan istilah Jawa. yang dimaksud dalam Istilah Jawa sedulur papat
yaitu :
a. Kakang kawah (ketuban)
b. Gethih (darah)
c. Adhi ari-ari (plasenta)
d. Puser (tali pusar)

Kemudian yang menjadi pancer (pusatnya) yaitu kalima (yang ke-5) Janin. Selanjutnya manusia Di katakan manusia jika mempunyai tiga unsur pembangun/perangkat, yaitu:
a. Sabda : ucapan
b. Bayu : tenaga melakukan aktivitas
c. Idhep : akal budi 

Yang menjadi pancer dari tiga unsur pembangun/perangkat manusia terletak pada "Idhep" yaitu akal budi. Artinya jika sebuah roh/jiwa atau wujud manusia hanya mempunyai dua unsur pembangun selain "Idhep" maka yang terjadi cuma akan menjadi makhluk yang disebut tumbuhan atau hewan.

Proses pembentukan Sedulur Papat yaitu dimulai dengan hubungan suami istri (bersenggama) kemudian terbentuk energi yang mana energi itu tersimpan di ruang kal (rahim). Energi tersebut terjadi karena proses dibalik proses pengeluaran kama petha (sperma) dan kama bang (ovum) yang kemudian dipertemukan dan menjadi manunggal si putra putih dan si putri bang (manunggalnya sprema dan ovum). Setelah pertemuan selama satu minggu di dalam ruang kala, kama pethak dan kama bang berganti wujud fisik dengan perlahan membentuk sedulur papat, dengan kakang kawah bewarna putih, gethih bewarna merah, Adhi ari-ari bewarna kuning, dan puser bewarna hitam. Kemudian jabang bayi (calon bayi) bewarna wisma/mancawarna (campuran dari warna yang telah disebutkan). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, jabang bayi terus berubah bentuk menjadi sahyang maya siluman (gumpalan darah) yang kemudian mulai dibentuk oleh sedulur papat menjadi janin (sahyang kama reka). Kemudian ketika memasuki usia dua bulan wujud fisik dari janin sahyang kama reka berubah menjadi bayi. Dalam masa ini unsur-unsur pembangun manusia yang meliputi sabda, bayu, dan idhep sudah berada dalam sahyang kama reka dengan unsur sabda di implementasikan suara halus menyerupai dengung yang muncul dari denyut sahyang kama reka. Kemudian dari suara halus denyut ini memunculkan bayu yaitu tenaga agar janin bisa terus bertumbuh dan berkembang. Kemudian unsur idhep masuk dan eksis dalam janin tersebut. Kemudian di usia empat bulan, janin mendapatkan lima unsur dari pancamaha butha, yaitu :

a. Pertiwi : unsur tanah atau zat padat yang membentuk tulang


b. Apah : unsur air yang membentuk darah dan segala cairan di dalam tubuh

c. Teja : unsur cahaya/api yang membentuk unsur panas dalam tubuh

d. Bayu : unsur tenaga yang mendorong semua organ tubuh bekerja

e. Akasa : unsur yang membentuk rongga-rongga tubuh tempat seluruh organ berada di dalamnya.

Kemudian di usia lima bulan pertumbuhan janin diambil alih seluruhnya oleh sedulur papat yang bertugas untuk menjaga dan memberikan kahidupan dengan memberika sari-sari makanan meskipun wujud belum sepenuhnya sempurna. Kemudian pada usi enam bulan sudah terbentuk kepala, rambut, telinga, mata, hidung, mulut, bahu, tubuh tangan, kaki, tulang punggung, perut, pusar, kelamin, anus, jemari, dan semua organ dalam rongga tubuh. Nama sahyang kama reka pun berubah dengan istilah Lega Prana. Yaitu ia yang bergembira karena dihidupi dan di lindungi oleh sedulur papat-nya. Maka sempurnalah bentuk dari Lega Prana sehingga menjadi Sahyang Cili Mareka, yang memliki makna Cili (sikecil) Mareka/Reka (yang dibentuk). Pada saat itu sedulur papat berjanji kepada Ibu Pertiwi (alam), bahwa semua unsur pancamahabutha yang membentuk Cili Mareka akan dikembalikan kepada Ibu Pertiwi. Karena sesungguhnya tubuh kita adalah pinjaman dari Ibu Pertiwi. Demikianlah tubuh Cili Mareka sejatinya              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun