Mohon tunggu...
Mboten Wonten 2
Mboten Wonten 2 Mohon Tunggu... pegawai negeri -

ATEIS-SEPILIS-MENULIS-EKSIS email : mbotenmboten@yahoo.com sms an : 0821 2300 xxxx

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sejarah Majalah Catur Di Indonesia

20 April 2014   20:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_303925" align="aligncenter" width="590" caption="Majalah Catur Koleksi Pribadi"][/caption]

Berlainan dengan tradisi penerbitan pustaka catur di belahan barat yang sudah mengakar ratusan tahun seiring dengan penyelenggaraan turnamen catur, maka tradisi penerbitan pustaka catur di Indonesia baru dimulai pada tahun 1960 an.

Tulisan ini membatasi khusus pustaka catur dalam bentuk majalah catur yang pernah terbit di Indonesia. Mengapa menulis tentang ini?, tak lain karena kerpihatinan atas hilangnya khazanah pustaka catur dalam bentuk majalah catur yang terbit periodic maupun buku-buku catur terbitan baru. Sama sekali tidak diketahui, apakah dengan kian minimnya pustaka catur terkini berkaitan dengan budaya bangsa yang tidak suka berpikir melainkan bertutur kata semata. Catur memang olahraga otak yang menuntut kemampuan berpikir rasional dan disiplin tinggi dengan menjunjung sportivitas. Dalam catur dikenal semboyan ‘gens una sumus’- kita (semua) bersaudara.  Beda sekali dengan hingar bingar politik yang penuh kecurangan-permusuhan-dan banjir fitnah, menganggap ‘competitor’ politik sebagai musuh bukan mitra dalam perjuangan menggapai cita-cita seluruh bangsa.

Majalah catur tertua yang pertama kali terbit bernama ‘Madjalah Tjatur Indonesia (MTI) terbitan Persatuan Tjatur Seluruh Indonesia, Januari 1957, kemudian tidak diketahui apakah ada edisi selanjutnya. Setelah itu  dari Februari 1962 terbit Madjalah Tjatur dan Bridge (MTB) terbitan P. Siregar yang bertahan hingga edisi April-Mei-Juni-Juli/Agustus-November/Desember 1962 (total 6 edisi).

Setelah menghilang lama sekali, baru pada Januari 1981 terbit Majalah Catur Nasional (MACAN) yang terbit selanjutnya pada edisi Februari-April-Mei-Juli-Agustus-September (total 7 edisi).

Setelah wafat cukup lama, kemudian pada 1994 terbit Majalah Catur Inside Chess yang merupakan saduran dari Majalah Catur luar negri dengan judul serupa kepunyaan GM Yasser Seirawan (USA), hanya saja majalah catur yang diterbitkan oleh perusahaan alat berat ‘Enerpac’ di Roxy Mas (sekaligus sebagai sekolah catur pertama di Indonesia) ini menggunakan bahasa Indonesia, namun sampai beberapa edisi majalah catur ini masih memakai bahasa gado-gado; ada artikel yang masih belum sempat diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan pula yang sudah. Kemudian majalah catur Inside Chess diIndonesiakan secara utuh menjadi ‘Intisari Catur’. Mula-mula majalah catur ini terbit rutin dua minggu sekali dengan harga Rp 2500. Lama kelamaan majalah catur ini mulai kedodoran (akibat pembaca yang suka memfotokopi daripada membeli yang asli-padahal itu ilegal) dan mulai terbit bulanan. Harga mulai perlahan-lahan naik menjadi Rp 3500, inipun sebenarnya tidak mencukupi ongkos produksi, hanya karena kecintaan pemilik Enerpac yang ‘gila catur’ saja maka ngotot untuk menerbitkannya terus. Harga edisi Indonesia ini konon hanya 10% dari harga majalah catur Inside Chess asli di luar negri, tapi sedihnya masih saja difotokopi. Majalah ini mulai masuk ICU menjelang kejatuhan rezim OrBa Soeharto pada Januari 1998, harga edisi terakhir majalah catur Intisari Catur menjadi Rp 4500, namun karena Dollar membumbung tinggi setelah itu dan banyak pembaca setia yang menghilang akhirnya benar-benar lenyaplah sebuah majalah catur local yang secara heroik bias bertahan bertahun-tahun yang tidak bisa disamai oleh majalah-majalah catur sebelumnya. Tanpa didukung oleh manusia-manusia Indonesia berdedikasi tinggi dan berjiwa social sangat di atas rata-rata mana mungkin dapat diterbitkan sebuah majalah catur yang sangat berjasa mencetak beberapa GrandMaster Catur dengan yang termuda di Indonesia yaitu GM Susanto Megaranto yang meraih title itu dalam usia 17 tahun mengalahkan sang ‘suhu’ GM Utut Adianto yang meraih title GM dalam usia 21 tahun.

Setelah melewati episode ‘Krismon’-krisis moneter, pada Juni 2002 ada institusi lain yang coba menerbitkan majalah catur yang dinamakan Majalah Catur Intelegensia, sponsor utamanya Universitas Gunadarma, majalah catur ini dibandrol Rp 9800 namun periode terbitnya agak ‘longgar’; sepanjang tahun 2002 dari Juni hanya terbit 3 kali, dan edisi ke 4 terbit pada 2003, dan selama 2003 hanya terbit 4 edisi sampai edisi ke 7, kemudian pada tahun 2004 hanya terbit 3 edisi sampai dengan edisi no 10, dan pada tahun 2005 edisi pamungkas terbit mengunjungi penggemar catur untuk terakhir kali.

Memang, sangat sulit media catur cetak akan survive di tengah-tengah bangsa yang tak gemar berpikir dan gampang lupa sejarah. Mungkin yang disukai bangsa Ini hanya berbicara tak ada juntrungannya seperti berita gossip yang mengorek hal ihwal pribadi tanpa ada pelajaran yang bisa dipetik selain memenuhi rongga otak dengan sampah. Sudah nasibnya pahlawan-pahlawan catur yang mengikhlaskan harta untuk mengajak agar bangsa ini gemar pada olahraga otak agar kemampuan berpikir semakin meningkat, dengan menerbitkan majalah catur, namun karena tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan berpikir mayoritas bangsa maka punahlah sebuah idealisme ini. Mungkin ada pembaca Kompasiana yang bisa mencarikan sponsor untuk menerbitkan majalah catur berikutnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun